Seperti
yang kita ketahui, Indonesia mengaku dirinya sebagai negara kepulauan atau archipelagic state yaitu kumpulan
pulau-pulau yang dipisahkan oleh permukaan air laut. Akan tetapi, terdapat
perbedaan yang fudamental antara kepulauan dan archipelagic. Kepulauan
adalah kumpulan pulau-pulau sedangkan archipelagic berasal dari bahasa latin yaitu ‘archipelagus’ archi: utmama pelagus: laut. Dengan demikian archipelagic merupakan laut utama.
Sebagai
negara bahari, Indonesia tidak hanya memiliki satu laut utama saja, tetapi
paling tidak ada tiga laut utama yang membentuk Indonesia sebagai Sea Sistem yaitu Laut Jawa, Laut Flores,
dan Laut Banda. Hall mengatakan bahwa ada lima zone komersil di Asia Tenggara
pada abad ke XIV dan awal abad XV. Pertama adalah zone Teluk Benggala yang
mencakup India Selatan, Sailan, Birma, dan pantai Utara Sumatra. Yang kedua
adalah kawasan Malaka. Zone ketiga adalah kawasan laut Cina Selatan yang
mencakup pantai timur Semenanjung Malaysia, Thailand, dan Vietnam Selatan. Zone
keempat adalah kawasan sulu yang mencakup daerah Pantai Barat Luzon, Mindoro,
Cebu, Mindanac, dan pantai utara Kalimantan. Yang terakhir adalah kawasan laut
jawa. Kawasan laut Jawa ini terbetuk karena perdagangan rempah-rempah, kayu
gaharu beras, dan sebagainya antara barat da timur yang melibatkan Kalimantan
Selatan, Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan Nusatenggara. Dalam hubungan ini kawasan
kawasan Laut Jawa telah terintegrasi oleh jaringan pelayaran dan perdagangan
sebelum datangnya bangsa barat. Menurut Hauben,
Laut jawa bukan hanya sekedar laut utama Indonesia, tetapi juga
merupakan laut inti bagi Asia Tenggara. Peranan kawasan Laut Jawa menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai
komunitas yang berada disekitarnya, baik budaya, politik, maupun ekonomi.
Pada
awal abad masehi Indonesia telah terlibat
secara aktif dalam pelayaran dan
perdagangan Internasional antara dunia
Barat (Eropa) dengan dinia Timur (Cina)
yang melewati selat malaka dalam hal ini bangsa Indonesia bukan menjadi obejek
aktivitas perdagangan itu, tetapi telah mampu menjadi subjek yang menentukan.
Sebagian di daerah Nusantara memproduksi berbagai komoditi dagang yang khas
agar bisa ambil bagian aktif dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan itu.
bahkan pada jaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit Selat Malaka ebagai pintu
gerbang pelayaran dan perdagangan dunia dapat dikuasai oleh bangsa Indonesia.
Pada
masa selanjutnya, yaitu jaman kerajaan-kerajan Islam ketika perdagangan
rempah-rempah sangat ramai, jalur jalur perdagangan antar pulau Indonesia misalnya
antara Sumatera-Jawa, Jawa Kalimantan, Jawa-Maluku, Jawa-Sulawesi dan
sebagainya, menjadi inheren dalam konteks perdagangan. Bahkan negeri Cina bukan
tujuan utama perdagangan Internasional,
melainkan Indonesia. Tetapi hal ini berkembang lebih pesat lagi karena
orang-orang Eropa mulai datang sendiri ke Indonesia untuk mencari komoditi
rempah-rempah. Indonesa mampu bertindak sebagai besi sembrani yang menarik para
pedagang dari seluruh dunia. Sebagai konsekuensinya jalur perdagangan dunia
yang menuju Indonesia buan hanya rute tradisional lewat malaka saja tetapi juga
rute mengelilingi benua Afrika kemudian
menyebrangi Samudera Hindia langsung menuju Indonesia. Disamping itu bangsa
Spanyol dengan gigihnya juga berusaha
mencapai indonesia dengan menyebrangi samudra Atlantik dan Pasifik.
Dari
sekian banyak rute pelayaran dan perdagangan di perairan Nusantara, rute
pelayaran dan perdagangan Laut Jawa lah yang paling ramai. Hal itu mudah
dipahami karena Laut Jawa terletak di tengah-tengah kepulauan Indonesia. Laut
Jawa memiliki ombak yang relatif kecil dibandingkan dengan laut yang ada di
Indonesia dan sekitarnya. Di samping itu Laut Jawa memiliki kedudukan yang
strategis dalam jalur lalu lintas
perdagangan dunia yang ramai antara Malaka – Jawa – Maluku dalam konteks ini
Laut Jawa juga berfungsi sebagai jembatan penghubung pusat-pusat dagang di sepanjang pantai yang berkembang karena
pelayaran dan perdagangan melalui Laut Jawa. Dalam hal ini kota-kota dagang
yang berkembang atara lain banten, Batavia, Cirebon, Semarang, Demak dan
sebagainya.
Pelayaran
dan pedagangan zone Laut Jawa juga
mencakup kota-kota di kawasan lain seperti Belwan Deli, Tanjung Pinang
(Riau), Malaka, Singapura, Ternate, Ambon, dan kawasan Indonesia Timur lainnya.
Dalam konteks ini Laut Jawa telah berperan sebagai jembatan dan katalisator
dalam jaringan pelayaran dan perdagangan di seluruh Nusantara baik mencakup
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara bahkan kepulauan
Maluku, Irian dan pulau kecil lainnya.
Potensi Ekonomi
Kepulauan
indonesia merupakan kawasan kepualauan yang terbesar di dunia. Yang memiliki
kurang lebih enam juta mil yang 2/3 diantaranya berupa laut. Dalam wilayah yang
sangat luas ini terdapat perbedaan potensi daerah yang berbeda, baik dari segi
ekonomi maupun kebudayaan, Dan juga di huni oleh berbagai etnik yang besar.
Faktor-faktor
geografis, ekonomis dan historis mendorong perkembangan pelayaran dan perdagangan
di kepulauan nusantara. Secara geografis, indonesia terletak di suatu iklim
yang menyebabkan laut bagian dalamnya mudah dilayari, karena di wilayah ini
iklim dan cuaca relatif lebih tepat bisa diramalkan. Di dukung juga oleh
laut-laut bagian dalam yang tenang. Dan juga iklim di seluruh wilayah indonesia
yang relatif sama dan juga jarang dikacaukan oleh badai. Dari itu banyak
bangsa-bangsa asing yang tertarik untuk datang dan menguasainya.
Kegiatan
ekonomi penduduk di kepulauan nusatara sangat bervariasi. Kekayaan alam yang
melimpah sangat mendorong minat pedagang asing untuk datang. Semisal di Jawa
sejak jaman kuno adalah pengekspor utama komoditi beras, pulau-pulau di bagian
timur nusantara terkenal sebagai penghasil rempah-rempah, dan Sumatera sebagai
salah satu produsen lada terbesar.
Pulau
jawa pada jaman kuno merupakan pulau pertama di nusantara yang dikauasai para
pelaut dan pedagangnya dengan palembang sebagai pos utamanya. Ini dikarenakan letaknya di tengah deretan
pulau-pulau bagian selatan. Dan selanjutnya pada jaman pertengahan laut jawa
banyak didominasi oleh pedagang asing
dan bahkan berhasil menyebarkan agama dan kebudayaan (islam). Oleh
karena itu sebagian pedagang dan pelaut mulai mengalihkn aktivitas ekonominya
pada sektor pertanian dan sebagainya di daerah pedalaman. Sementara orang
bugis, madura, melayu dan sumatera tetap memilih Jawa sebagai daerah pusat
perdagangan, karena daerahnya sendiri banyak di dominasi oleh orang-orang cina,
india dan arab. Karena itu pada jaman pertengahan indonesia, jawa menjadi pusat
lalu lintas pelayaran dan perdagangan di Nusantara.
Dalam
perkembangan selanjutnya,
pedagang-pedagang asing seperti cina, arab, india dan persia, masuk
menerobos ke pedalaman dan mengekploitasi penduduk pribumi. Hal ini di
karenakan penduduk pribumi kepulauan nusantara kehilangan perkembangan
ekonominya. Dikarenakan juga tidak berkembangnya daerah pedalaman menjadi
pusat-pusat kota perdagangan dengan jaringan transportasi yang memadai.
Dari
mereka itulah, terutama orang-orang arab bangsa eropa mengenal produk-produk
dan komoditas perdagangan nusantara. Portugis mengawali hubungan perdagangan
dengan nusantara dengan semangat ekspansi Ekonominya. Kemudian disusul orang-orang
belanda pada 1598. Terlebih setelah berdirinya VOC pada 1602 dengan sistim
monopolinya. Pada jaman VOC itu jawa menjadi pusat perdagangan orang-orang
Eropa dengan mendirikan benteng-benteng sebagai tempat tinggal mereka.
Pada awalnya,
pulau-pulau lain seperti sumatera dan kalimantan, kurang diperhatkan, karena
pantai-pantainya yang masih sulit di dekati, atau memiliki pantai yang luas pun
berupa rawa-rawa. Dan penduduknya masih jarang. Dipulau lain sebetulnya
mempunyai pusat perdagangan yang strategis dan mempunyai hubungan dengan Jawa,
namun pulau-pulau tersebut biasanya berpenduduk jarang dan daerah pedalamannya
kurang mempunyai potensi ekonomi.
Pada
jaman VOC (1602-1799) sifat atau karakter perdagangan di Indonesia berubah
secara mendasar. Apabila sebelumnya masih terdapat kebebasan berdagang, semua
pelabuhan bebas dimasuki para pedagang dari mana saja, pada masa itu, para raja
atau penguasa melalui kontrak-kontrak dengan VOC wajib menyerahkan
barang-barang dagangan yang dihasilkan di daerah masing-masing kepada belanda.
Didaerah
lain seperti maluku, monopoli kumpeni berjalan sangat ketat, sementara di
sumatera, kalimamtan dan sulawesi hanya terjadi di beberapa daerah pantai. Akan
tetapi Jawa merupakan tempat monopoli paling menguntungkan karena sejak awal
kumpeni di Jawa juga melakukan kegiatan politik yang ekspansif. Di
daerah-daerah sebagai pantai utara jawa tengah dan Jawa timur yang pada masa
kekuasaan mataram yaitu Sultan Agung (1613-1645), masih pada wilayah pesisiran
mataram. Namun pada penguasa selanjutnya seperti Amangkurat II (1677-1703) yang
menyerahkan antara citarum sampai cipamanukan dan penyerahan secara sewa
pelabuhan muara semarang dan Jepara kepada kumpeni karena jasanya yang telah
membantu menumpas pemberontakan Trunajaya.
Intervensi
kumpeni dalam urusan intern kraton Mataram, khususnya dalam konflik-konflik
antar bangsawan merupakan cara yang ampuh menguasai Mataram. Sampai pada 1
November 1743 dan 18 Mei 1746, melalui perjanjian menyerahkan daerah pesisiran
mataram seperti Brebes, Tegal, Pemalang, Batang, kendal, pekalongan, Demak,
Kudus, Tuban, Sedayu, Sidoarjo, Bangil, pasuruan, malang dan Madura.
Pada
masa tanam paksa, pelabuhan utama di Jawa digunakan sebagai pelabuhan Ekspor
bagi produk-produk tanam paksa yang laku di pasaran Eropa. Dan pada masa ini
pemerintah kolonial giat membangun infrastruktur jaringan transportasi antar
daerah dengan pedalaman untuk tujuan ekspor. Namun karna didorong oleh
kekhawatiran terhadap saingan-saingan bangsa barat yang mulai menaruh perhatian
terhadap daerah Asia tenggara pemerintah kolonial belanda mulai malekukan
politik pasifikasi (penaklukan-penaklukan) diluar jawa dengan mengirik
ekspedisi-ekspedisi militer.
Melalui
ekspedisi militer tersebut setelah perang Banjarmasin (1859-1862), melawan pangeran
Antasari, balanda berhasil menguasai kalimantan bagian selatan dan timur. Untuk
daerah bali, belanda mengirim tiga kali ekspedisi militer yang besar hingga
daerah ini juga takluk ke tangan Belanda. Sumatera selatan (termasuk palembang)
dan sumatera timur berhasil dikuasai Belanda pada 1858. Sementara Inggris yang
sebelumnya bebas berdagang (secara gelap) di hampir seluruh wilayah Sumatera,
menarik dirinya ke Singapura. Dan juga masalah Deli yang membuat Belanda
terjerumus dalam perang berkepanjangan melawan rakyat Aceh yang menentang
Belanda.
Sesudah
dihapuskannya tanam paksa, pada tahun 1870, maka di Hindia Belanda mulai dengan
jaman baru yaitu politik kolonial liberal. Yang ditandai dengan dibentuknya
undang-undang Agraria pada waktu itu. Pada masa ini perusahaan-perusahaan
perkebunan swasta sangat memainkan peran yang penting dalam perekonomian
kolonial.
Pada
masa Depresi pada 1930-an daerah-daerah yang kaya juga menanggung akibatnya,
sektor perkebunan mendapat pukulan yang paling berat karna pada masa ini harga
komoditi perkebunan untuk pasaran impor menurun drastis. Sebagai akibatnya
banyaknya pengangguran yang merupakan beban sosial tersendiri yang sangat
memperparah keadaan Ekonomi.
Pengurangan
tenaga kerja di perkebunan-perkebunan di sumatera menyebabkan timbulnya arus
balik para kuli dari sumatera ke Jawa. Dan hal ini membebani ekonomi pulau
Jawa. Pada masa ini yang merasakan akibat paling parah yaitu perkebunan yang
berorientasi Ekspor. Pada masa lima tahun pertama Depresi (1935), nilai ekspor
Indonesia yang didominasi oleh sektor perkebunan merosot hingga 60 persen.
Pada
masa setelah revolusi dan instabilitas politik selama 1950-an dan 1960-an,
struktur perekonomian Indonesia kurang mengalami perkembangan struktural yang
berarti. Dalam hal ini Howard Dick dalam tulisannya berskesimpulan bahwa
ditinjau dari segi dimensi spasial ekonomi Indonesia kurang seimbang, dimana
Jawa dan Bali sebagai pusat utama. Hal
ini berkesan bahwa polarisasi dalam perekonomian di Indonesia dan kurang
menunjukkan interaksi antara satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini
sekaligus menunjukkan bahwa kawasan laut Jawa merupakan daerah berkembang
dibandingkan dengan daerah lainya.
Mantap, Bermanfaat.
BalasHapuslanjutkan sal.