Sabtu, 10 Januari 2015

Ilmu Bantu Filologi


Pendahuluan
Dalam sumber-sumber sejarah dan budaya masa lalu, manusia sekarang perlu mengetahuiya sebagai pelajaran dan nilai lhur yang tidak boleh dilupakan. Karna dengan itu manusia dapat belajar dari masa lalu untuk dilasanakan dengan baik dimasa kini dan tujuannya anti dimasa yang akan dantang. Maka dari itu sumber-sumber peninggalan masa lalu amat penting seperti sumber tertulis, sumber lisan dan artefak patut kita kaji dan pelajari bersama.
Filologi sebagai ilmu yang mempelajari teks-teks kuno sebagai sumber masa lalu amat penting dipelajari, mengingat seperti di indonesia amat banyak ditemukan naskah-naskah seperti itu. Maka dengan itu mempelajari metode pengkajiannya merupakan nilai tambah untuk mengetahui informasi mengenai budaya masa lalu maupun sejarah yang amat penting bagi kelangsungan hidup kita itu.
Naskah-naskah kuno sanagtlah beragam, mulai dari jenisnya, latar belakang sejarah dan jenis konten yang terkendung dalam naskah tersebut, apakah sejarah, sastra, dan tradisi yang tertulis didalamya. Maka dari itu filologi untuk mengkaji naskah-naskah tersebut memerlukan ilmu bantu lain untuk bisa secara jelas menggali informasi yang terkandung dalam naskah tersebut. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang ilmu bantu filologi.
Pembahasan
Dalam mempelajari filologi kita bisa menemukan berbagai informasi mengenai budaya, adat istiadat dan cerita masa lalu seperti warisan Melayu zaman Sriwijaya, Pasai, Malaka, Aceh, Johor, dan Riau. yang kesemuanya itu amat penting untuk kita ketahui agar bisa belajar darinya untuk diterapkan dimasa kini dan hasilnya dimasa yang akan datang. Filologi juga merupakan satu cara bekerja untuk memahami, menelaah suatu naskah. Hasil telaah itu dapat digunakan sebagai alat untuk memahami perkembangan cara berfikir dan adat istiadat pada saat itu.
Seperti yang sudah di paparkan dalam pendahulan makah ini, bahwa naskah-askah kuno yang digunakan sebagai objek kajian filologi berisi konten yang sangat beragam didalamnya. Ada dalam suatu naskah berisi informasi tantang sejarah suatu peradaban, ada juga yang berisi karya sastra seorang pujanga pada zamannya, ada yang berisi adat istiadat satu daerah di zaman dulu, dan ada juga naskah yang bersisi teks-teks keagamaan. Maka dengan keragaman itulah, filologi memerlukan ilmu-ilmu bantu untuk  mengkaji suatu naskah.
1.      Pengatahuan bahasa-bahasa yang mempengaruhi bahasa teks
Sangat diperlukan oelh seorang filolog untuk mengetahui bahasa-bahasa teks,  karna untuk mengkaji suatu teks dengan bahasa tertentu maka kita juga harus mengetahui dan mengerti suatu bahasa tertentu. Jika dilihat dalam konteks filologi nusantara, maka harus mengetahui bahasa-bahasa seperti bahasa sansekerta, bahasa arab dan bahasa-bahasa daerah nusantara.
a.    Bahasa sansekerta, diperlukan untuk pengkajian terhadap naskah-naskah jawa, khususnya jawa kuno, dalam naskah jawa kuno tampak jelas pegaruh bahasa ini seperti penyerapan kosa-kata atau frase. Seperti ada dalam kakawin Ramayana, uttarakanda, sang hyang kamahayanikam.
b.   Bahasa Arab, diperlukan terutama untuk mengkaji naskah-naskah yang dipengaruhi ajaran Islam, khususnya yang bersisi ajaran tassawuf atau suluk. Dalam kata-kata yang sekian banyak jumlahnya, terlihat kata-kata frase, kalimat, ungkapan dan nukilan-nukilan dalam bahasa Arab.
c.   Pengetahun bahasa-bahasa daerah nusantara, disamping bahasa-bahasa daerah yang sangat besar pegaruhnya seperti yang disebut di atas, maka untuk penggarapan naskah-naskah nusantara dibutuhkan pengetahuan tentang bahasa daerah yang erat kaitannya dengan bahasa naskah. Pengetahuan ini diperlukan jika ingin menerjemahkan dari salah satu bahasa daerah ke bahasa indonesia sebagai bagian dari kegiatan filologi.
2.      Linguistik
Linguistik menurut kamus besar bahasa idonesia merupakan ilmu kebahasaan yang menelaah bahasa secara ilmiah. Lingguistik merupakan suatu ilmu yang mempelajari bahasa yang berkembang dalam masyarakat dan perkembangannya. Karena bahasa teks sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari masyarakat, maka seorang filolog harus menguasai lingguistik. Linguistik pada mulanya merupakan bagian atau cabang ilmu dari filologi yang dipakai dalam metode penelitian filologi. Pada awal abad 20, lingguistik memisahkan diri dan menjadi salah satu disiplin ilmu yang berkembang di Eropa.
Antara lain etimologi, sosiolinguistik, dan stilistika, merupakan cabang ilmu linguistik yang juga diperlukan ilmu filologi untuk menkaji suatu teks dalam naskah. Ada juga ilmu telaah kebahasaan lain yang juga membantu filologi untuk mengkaji suatu naskah. Seperti fonologi, yang mempelajari bunyi kata; morfologi, yang mempelajari pembentukan kata dan semantik, yang mempelajari makna kata.
3.      Ilmu Sastra
Dalam hal ini Ilmu sastra diperlukan bila menangani teks yang berisi cerita. Sebagai contoh, antara lain teks-teks melayu yang tergolong cerita pelipur lara, cerita jenaka, cerita wayang, cerita panji dsb. ilmu sastra juga berfungsi Terutama berupa penyediaan suntingan naskah lama dari hasil pembahasan teks yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan sejarah sastra atau teori sastra. Hasil-hasil kajian terhadap teks-teks sastra lama akan sangat berguna untuk menyusun teori-teori ilmu sastra secara umum.
Untuk mengkaji teks-teks sastrawi filologi memerlukan cara-cara pendekatan yang sesuai dengan sifat objeknya yaitu: Pendekatan Pragmatik (Menonjolkan pengaruh karya sastra terhadap pendengar/pembaca). Pendekatan Ekspresif (Menonjolkan penulis karya sastra sebagai penciptanya). Pendekatan Objektif ( Menonjolkan karya sebagai stuktur yang otonom, lepas dari latar belakang sejarahnya dan diri dan niat penulisnya).
4.      Ilmu Agama
Sangat diutamakan sekali untuk mengerti tentang ilmu-ilmu keagamaan dalam meneliti teks-teks keagamaan, karna dengan mengetahui ilmu tersebut, maka filolog akan mengerti informasi apa yang terkendung dalam teks-teks keagamaan tersebut. Lebih lanjut, Dari sejumlah 5.000 naskah Melayu yang telah berhasil dicatat oleh Ismail Hussein dari perpustakaan dan museum berbagai Negara yang terdiri dari 800 judul, 300 judul diantaranya berupa karya-karya dalam bidang ketuhanan (Baried, 1994:23).  Dalam pernyataan ini menandakan bahwa ilmu tentang agama memiliki peran penting dalam pengkajian filologi yang nantinya dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan isi dari suatu naskah.
Seperti Dalam naskah melayu baru tampak pengaruh agama Islam, misalnya penulisan syair Hamzah Fansuri, tulisan tokoh Misticisme terkenal Abdus Samad al-Falimbani, Syamsudin as-Sumatrani. Dalam naskah jawa kuno akan tampak jelas pangaruh agama Hindu dan Budha. Terdapat sejumlah besar naskah jawa berisi ajaran-ajaran agama, seperti Brahman Dapurana dan Agastyaparwa untuk agama Budha.
5.      Antropologi
Seorang filolog dapat memnfaatkan hasil kajian atau metode antroplogi sebagai ilmu yang objek penyelidikannya manusia dari segi fisiknya, masyarakatnya dan kebudayaannya. Masalah yang bersangkutan dengan antropologi antara lain adanya sikap masyarakat dalam pemeliharaan naskah tersebut, apakah masyrakat menganggapnya sebagai benda kramat atau tidak.
Dalam perkembangan antroplogi, pada abad ke-20, folklor memisahkan diri dari cabang ilmu antroplogi. Folklor merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahasa lisan dan upacara-upacara yang dianggap kramat oleh masyarakat. Bahasa lisan yang menjadi objek bagi folklor sangat membantu filolog dalam memahami dan mempelajari bahasa lisan suatu masyarakat.
6.      Sejarah Kebudayaan
Dalam pengkajian secara historis terhadap karya-karya lama diperlukan pengetahuan sejarah  kebudayaan. Sejarah kebudayaan sangat penting untuk diketahui peneliti dibidang studi naskah Nusantara, terutama sejarah kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam. Melalui sejarah kebudayaan akan diketahui pertumbuhan dan perkembangan unsur-unsur budaya suatu bangsa. Unsur budaya yang erat kaitannya dengan perkembangan karya sastra nusantara antara lain sistem kemasyarakatan, kesenian, ilmu pengetahuan, dan agama. Kita mempelajari kebudayan suatu masyarakat untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman masyarakat pada waktu itu dalam menuliskan pemikirannya dalam sebuah karya tulisan.
7.      Paleografi
Dari beberapa ilmu pendukung dalam pembahassan filologi, paleografi merupakan ilmu yang wajib dimiliki oleh seorang filolog dikarenakan ilmu ini membahas mengenai tulisan-tulisan kuno. Sedangkan hubungan antara keduanya adalah pengkajian mengenai penjabaran tulisan-tulisan kuno baik dalam prasasti, batu atau pun logam. Lebih lanjut, paleografi akan membantu dalam menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tersebut. Hal ini sangat penting karena indikator-indikator yang muncul dari tulisan tersebut akan memberikan titik terang tentang siapa pengarang tulisan tersebut. Selain itu, hal yang tidak boleh dilewatkan adalah pengamatan anatomi dari tulisan itu sendiri seperti ukuran, bahan naskah, tinta, panjang dan jarak baris dalam tulisan.
Dalam sejarah Asia tenggara, ada pula tulisan kuno yang dikembangkan di Nusantara dulu. Tulisan itu adalah tulisan yang disebut Palawa. Tulisan ini dibagi menjadi 2 ciri, palawa awal dan palawa lanjut. Palawa awal menunjukkan adanya pengaruh dari India Selatan dan Sri Langka di abad ke-3 hingga abad ke-5. Sedang palawa lanjut, dimulai pada abad ke-7 dan 8.

 Kesimpulan
Dalam meneliti teks yang  sanagat beragam, filologi tidak mungkin berdiri sendiri dengan metodenya tanpa bantuan dari ilmu-ilmu lain yang mengkaji latar nelakang budaya, agama, bahasa maupun isi dalam suatu naskah. Maka dengan itu filolog ilmu-ilmu bantu untuk mengkaji suatu naskah.
Ilmu-ilmu itu antara lain, ilmu bahasa yang mempengaruhi bahasa naskah, linguistik, ilmu sastra, ilmu sejarah kebudayaan, ilmu antaropologi, ilmu keagamaan dan paleografi. Dan ilmu-ilmu itulah yang digunakan untuk mempermudah para filolog untuk mengkaji suatu naskah kuno.


Daftar Pustaka :
Baried, Baroroh, Pengantar Teori Filologi, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1983.

Lubis, Nabilah., Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, Jakarta:  Yayasan Media Alo Indonesia, 2007.

Kamus besar bahasa Indonesia edisi III. Pusat Bahasa Diknas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar