Pendahuluan
Islam
yang muncul sejak abad ke tujuh masehi sampai sekarang telah mengalami berbagai
macam perkembangan, kondisi yang sama sekali bertolak belakang telah dialami kaum musli pada kurun waktu tersebut.
Sejak muncul, berkembang dan mengalami kejayaan, dan kemudian melemah.
Sampai
saat ini umat islam masih terus mengalami perkembangan, di hampir seluruh
belahan dunia, termasuk di eropa yang letaknya tidak dekat dari tempat dimana
Islam pertama kali muncul dan berkembang, ada kelompo-kelompok muslim yang
tinggal dan menetap di daerah tersebut.
Di
kebanyakan negara eropa, Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas,
makanya akankah sama kondisi umat muslim ketika tinggal di derah mayoritas non
muslim, seperti dalam melaksanakan kehidupan keagamaan, pendidikan, dan
hubungan dengan sesama masyarakat? Dan bagaimanakah asal mula islam Masuk di
daerah tersebut sampai berkembang seperti saat ini?. Maka dalam pada itu,
makalah ini akan membahas tentang hal-hal tersebut dalam konteks muslim di
Belanda sebagai negara yang jika dilihat dari jumlahnya, muslim sebagai
minoritas.
1. Asal-mula Islam di Belanda
Masuknya
islam di Belanda diawali ketika adanya migrasi yang melibatkan kaum muslim ke
negri belanda yang dimulai sekitar pertengahan abad ke-20. kelompok-kelompok
kecil yang pertama tiba yaitu dari Indonesia sebagai negara jajahannya, yang baru
merdeka pada waktu itu. Di antaranya berasal dari tentara Maluku dari Hindia
Belanda yang berjumlah sekitar seribu orang, yang sebagian kecil orang beragama
Islam. pada awalnya mereka tinggal di penginapan kamp sementara dinegara
tersebut, tapi setelah beberapa tahun mereka pindah ke rumah-rumah yang lebih
permanen dan menetap disitu.[1]
Di
sisi lain, Sebagian besar Muslim pada saat itu di Belanda datang dari suriname, yang juga
negara negara jajahan belanda. Sejak sekitar pertengahan tahun 1960-an terjadi migrasi
tenaga kerja dari negara tersebut, yang jumlahnya
mencapai 5.500 orang pada tahun 1970. Jumlah ini terus mengalami kenaikan
yang puncaknya pada 1975, mencapai
36.000 orang. hal ini dikaitkan dengan kemerdekaan suriname pada saat itu.
Selain
itu, Islam sangat banyak berdatangan dari
turki dan maroko, ketika pada 1964 yang
dimaksudkan untuk meningkatkan tenaga kerja, belanda membuat perjanjian bilateral
dengan negara-negara Eropa termasuk Turki. Hal ini membuat orang muslim di Belanda
semakin bertambah, yang setelahnya Perjanjian
tersebut juga banyak diikuti oleh orang-orang
non-Eropa seperti Maroko, Afganistan pada tahun 1969.[2]
Menurut Biro Statistik Pusat (CBS) negara tersebut, pada
1994, jumlah umat Islam dari 15.341.553 jumlah penduduk Belanda saat itu
sekitar (3,7 persen) dan 6.000 orang diantaranya adalah warga asli Belanda.
Sedangkan pada tahun 2004, ada sekitar 5.8% muslim. Menurutnya, ”Terdapat 945,000 orang Muslim yang tinggal di Belanda
pada 1 Januari 2014, meningkat dua kali
lebih banyak jumlahnya pada tahun 1990-an”, CBS juga menambahkan bahwa .
“jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah mencapai 1 juta pada tahun 2006”. Sedangkan jumlah muslim asli
belanda sampai tahun 2010 mencapai 12.000 orang.[3]
Data
yang di lansir dalam euro-islam.info, penyebaran umat islam sebagai berikut:[4]
Country
of Origin
|
Numbers
|
Share of
the total Muslim population
|
Turkey
|
358,000
|
40.5 %
|
Morocco
|
315,000
|
35.6 %
|
Surinam
|
70,000
|
7.9 %
|
Iraq
|
44,000
|
5.0 %
|
Afghanistan
|
37,000
|
4.2 %
|
Iran
|
29,000
|
33 %
|
Somalia
|
22,000
|
2.5 %
|
Dutch converts
|
10,000
|
1.1 %
|
TOTAL
|
885,000
|
100 %
|
2. Kondisi umat Islam
a. Pendidikan
Tidak
ada sekolah Islam, tetapi pendidikan Islam sebagiannya diberikan kepada
anak-anak Muslim di sekolah-sekolah negri oleh guru- guru yang dikirim dari
Turki dan Maroko.[5]
Namun Setelah tahun 2000-an ada sekitar 37 sekolah Islam utama dan satu sekolah
menengah di Rotterdam, yang diakui dan dibiayai oleh negara.
Pemerintah Turki dan Maroko adalah
mitra berpengaruh di lembaga pendidikan Islam di Belanda. Kemitraan pendidikan
lainnya berkembang seperti pendirian sebuah lembaga Islam pada bulan Februari
2005 oleh koalisi organisasi-organisasi Muslim dalam kemitraan dengan program
universitas. Sejak September 2005, ada juga kursus master untuk pembimbing
rohani Islam di sebuah Universitas di Amsterdam. Untuk pendidikan tinggi, ada Universitas Islam
swasta yang didanai dari Rotterdam (IUR) dan Universitas Islam Eropa di
Schiedam serta beberapa lembaga pelatihan yang lebih kecil.
Tingkat
pencapaian pendidikan mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan di antara
imigran non-Barat dari pada kalangan pribumi Belanda, tapi hanya 10% dari
imigran tersebut yang menempuh sampai pendidikan tinggi atau universitas, angka-angka
ini masih berada dibawah pribumi Belanda.
Di
sisi lain, ada masalah dalam pelaksanaan pendidikan di Belanda. Seperti menurut
The European
Monitoring Centre on Racism and Xenophobia’s (EUMC) melaporkan
analisa Pendidikan yang menemukan bahwa adanya diskriminasi dalam sistem
pendidikan yang ada. Keluhan tentang berpakaian dan jilbab merupakan masalah
yang signifikan.[6]
Prestasi
pendidikan menurut International Standard
Classification of Education (ISCED), Belanda:
High
|
Medium
|
Low
|
|
Muslim
|
31%
|
19%
|
50%
|
Non-Muslim
|
20%
|
40%
|
41%
|
Indeterminate
|
33%
|
27%
|
41%
|
b. Muslim dalam Pemerintahan
Muslim menampakkan kehadirannya
dalam politik Belanda, seperti sebagai kandidat dalam pemilihan dan sebagai anggota parlemen yang duduk dalam
pemerintahan nasional. Kaum Muslim yang paling kelihatan terlibat dalam
pemerintah Belanda dalam dekade terakhir yaitu Ahmed Aboutaleb yang terpilih
sebagai walikota Rotterdam pada tahun 2008,
dan Ayan Hirsi Ali, sebagai anggota
parlemen, meskipun kemudian mundur dari Jabatannya dan diusir dari Belanda.
Ada 6 anggota parlemen asal Turki dan 5 asal
Maroko. Anggota parlemen yang diidentifikasi sebagai Muslim tidak selalu
berafiliasi dengan partai-partai Islam. Ahmed Marcouch, yang datang ke Belanda
sebagai seorang anak berusia 10 tahun, terpilih ke parlemen setelah bekerja aktif
di perpolitikan Amsterdam.
Dua partai politik di Belanda saat
ini berusaha untuk mewakili umat Islam di kota, meskipun tidak memenangkan
kursi dalam pemilihan terakhir. Keduanya yaitu: Partai Islam Belanda (NMP) Demokrat
Islam (ID).[7]
c. Kehidupan ekonomi
Pengangguran di kalangan masyarakat
Maroko dan Turki di Belanda lebih tinggi dari rata-rata nasional. Dibandingkan dengan penduduk asli Belanda yang
hanya 9%, sedangkan dari Maroko 27% dan 21% dari Turki menganggur. Pengangguran
di kalangan imigran meningkat dua kali lipat sejak Belanda mengalami resesi
pada tahun 2002.
Maroko sedikit tertinggal Turki
dalam statistik profesional, meskipun kedua kelompok tersebut menjadi lebih
aktif dalam pekerjaan tingkat menengah mulai berkembang. Karenaya rata-rata Pendapatan
rumah tangga pertahun penduduk asli Belanda adalah € 20.000, dibandingkan
dengan Maroko € 13.000, dan Turki € 13.600.
Menurut laporan tahun 2005 oleh
Biro Perencanaan Sosial dan Budaya, ada indikasi diskriminasi langsung dan
tidak langsung terhadap Muslim di pasar tenaga kerja. Diskriminasi langsung
seperti karyawan melakukan diskriminasi langsung berdasarkan latar belakang
budaya; sedangkan diskriminasi tidak langsung meliputi aturan, prosedur dan
sistem penghargaan yang menghasilkan dampak yang berbeda pada kelompok yang
berbeda. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Perburuhan
Internasional menemukan bahwa imigran non-Barat mengalami diskriminasi lebih
banyak di Belanda. Maka dari itu Imigran non-Barat cenderung mencari pekerjaan
dalam jaringan teman-teman atau keluarga.[8]
d. Masjid
Tidak begitu sulit masyarakat
muslim di Belanda untuk menemukan Masjid,
karna menurut Ali kettani Ada sekitar 300 masjid yang ada di negara
tersebut.[9]
Dan sebagian lain menyebutkan Setidaknya ada 400-500 tempat ibadah Muslim di
Belanda. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya masjid Turki dan sekitar 90
masjid Maroko.[10]
Di Rotterdam misalnya, umat muslim dengan mudah
menemukan masjid yang banyak
tersebar di seluruh
penjuru kota. Namun, banyak
masjid yang tidak
tampak sebagai masjid,
karena bangunannya tampak
seperti apartemen yang menyatu
dengan rumah-rumah, apartemen,
atau kantor di
sekelilingnya. Hanya satu
dua masjid saja
yang tampak sebagai
masjid, seperti adanya menara dan
kubah khas masjid. Pendatang baru mungkin akan kesulitan mencari lokasi-lokasi
masjid tersebut, meskipun sebenarnya ada dimana-mana. Masjid-masjid tersebut
dikelola oleh warga keturunan Turki,
Maroko, Pakistan, Somalia,
Boznia atau Indonesia.
Uniknya, sebagian masjid
di Rotterdam dulunya adalah
bangunan bekas gereja
yang kemudian beralih
fungsi menjadi masjid.
Oleh karena itu,
banyak bangunan masjid
di Rotterdam dari luar
tampak seperti bangunan gereja, gedung,
atau rumah biasa.[11]
e. Organisasi Muslim
Pemerintah Maroko dan Turki
melakukan kontrol besar atas urusan agama di Belanda melalui organisasi resmi
Turki dan jaringan organisasi sosial Maroko. Dua organisasi telah diakui secara
resmi oleh negara sesuai studi Parlemen Eropa tentang "Islam di Uni Eropa:
Apa yang Dipermasalahkan di Masa Depan" yaitu CMO (Contactorgaan Muslim en
de Overheid) secara resmi diakui sebagai mitra konsultasi Pemerintah pada
tanggal 1 November 2004 dan CGI (Contact Groep Islam)
diakui pada tanggal 13 Januari 2005 oleh Departemen Kehakiman Belanda.
CMO memiliki pengikut lebih dari
500.000 anggota yang terdiri dari sebagian besar Sunni, termasuk empat
organisasi utama Turki (Milli Gorus, Diyanet), the Union of Moroccan mosques dan
the Surinam World Islamic Mission. Ketika CMO didirikan,
itu bertugas sebagai organisasi payung untuk enam federasi masjid nasional
tersebut; bertujuan untuk menyajikan sudut pandang umum tentang isu-isu yang
berkaitan dengan integrasi. Syiah, bagaimanapun, tidak termasuk dalam
organisasi ini seperti kelompok-kelompok non-Sunni lainnya yang mendirikan CGI.
CGI memiliki pengikut dari 115.000
anggota yang terdiri Alevite, Lahore Ahmadiyah, Sunni, dan latar belakang
Syiah. Kedua organisasi tersebut menerima dana publik dan mengadakan pertemuan
secara teratur dengan pejabat pemerintah di mengenai integrasi Muslim di
masyarakat Belanda.[12]
Penutup
Dari
singkat pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Islam pertama kali dibawa ke
Belanda oleh Imigran asal Indonesia pada pertengahan abad ke-20, selain itu
dari suriname yang melakukan Imigrasi besar-besaran dan juga Imigran dari turki
dan maroko.
Kehidupan
umat muslim di negara tersebut seperti halnya pendidikan yang memang kurang
seperti halnya umat muslim di kebanyakan negara eropa. Namun jumlah masjid di
belanda lumayan banyak, dan tidak sulit bagi umat muslim disana untuk mencari
tempat untuk melakukan Ibadah.
Partisipasi
orang Muslim dalam pemerintahan, lumayan
terlihat, ini dibuktikan dengan terpilihnya Ahmed Aboutaleb sebagai walikota Rotterdam pada tahun 2008,
dan Ayan Hirsi Ali, sebagai anggota
parlemen nasional. Dan juga ada dua partai yang mewakili umat islam. Sedagkan
kondisi perekonomian umat Islam masih belum bisa menyamai masyarakat pribumi
belanda.
Sedangkan organisasi yang resmi
diakui ada dua yaitu CMO memiliki pengikut lebih dari 500.000, dan CGI memiliki
pengikut dari 115.000. Keduanya menerima dana publik dan mengadakan pertemuan
secara teratur dengan pejabat pemerintah di mengenai integrasi Muslim di
masyarakat Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
Nielsen, Jorgen., Muslim in Western
Europe, second edition.( Edinburgh : Edinburgh University Press, 1995)
Kettani, M. Ali., Minoritas
muslim di Dunia dewasa ini, (Jakarta: rajawali Press 2005)
Islam
in Netherlands, diakses tanggal 4 april 2015 dari:http://www.euro-islam.
info/country- profiles /the-netherlands/
dr . M. Saifudin Hakim, MSc., Jejak
Islam Di Kota Rotterdam, Negeri Kincir
Angin Belanda, diakses tanggal 7 April 2015 dari : http://muslim.or.id/jejak-islam/jejak-islam-di-kota-
rotterdam-negeri-kincir-angin-belanda.html
[1] Jorgen
Nielsen, Muslim in western europe, second
edition.( Edinburgh : Edinburgh University Press, 1995) hlm.60
[2] Ibid hlm. 61
[3] Islam di Belanda, diakses tanggal 20
April 2015 dari: http://www.mozaikislam.com/425/islam-di-belanda.htm
[4] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4
april 2015 dari: http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/
[5] M. Ali
Kettani. Minoritas muslim di Dunia dewasa
ini, (Jakarta: rajawali Press 2005). hlm. 64
[6] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4
april 2015 dari: http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] M. Ali
Kettani. Minoritas muslim di Dunia dewasa
ini, (Jakarta: rajawali Press 2005).hlm. 64
[10] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4
april 2015 dari: http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/
[11] dr . M.
Saifudin Hakim, MSc., Jejak Islam Di Kota Rotterdam, Negeri
Kincir Angin Belanda, diakses tanggal
7 April 2015 dari : http://muslim.or.id/jejak-islam/jejak-islam-di-kota-
rotterdam-negeri-kincir-angin-belanda.html
[12] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4
april 2015 dari: http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/
izin share akhi
BalasHapus