Jumat, 01 Mei 2015

Sejarah Islam di Belanda

Pendahuluan
Islam yang muncul sejak abad ke tujuh masehi sampai sekarang telah mengalami berbagai macam perkembangan, kondisi yang sama sekali bertolak belakang telah  dialami kaum musli pada kurun waktu tersebut. Sejak muncul, berkembang dan mengalami kejayaan, dan kemudian melemah.
Sampai saat ini umat islam masih terus mengalami perkembangan, di hampir seluruh belahan dunia, termasuk di eropa yang letaknya tidak dekat dari tempat dimana Islam pertama kali muncul dan berkembang, ada kelompo-kelompok muslim yang tinggal dan  menetap di daerah tersebut.
Di kebanyakan negara eropa, Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas, makanya akankah sama kondisi umat muslim ketika tinggal di derah mayoritas non muslim, seperti dalam melaksanakan kehidupan keagamaan, pendidikan, dan hubungan dengan sesama masyarakat? Dan bagaimanakah asal mula islam Masuk di daerah tersebut sampai berkembang seperti saat ini?. Maka dalam pada itu, makalah ini akan membahas tentang hal-hal tersebut dalam konteks muslim di Belanda sebagai negara yang jika dilihat dari jumlahnya, muslim sebagai minoritas.   

1.      Asal-mula Islam di Belanda
Masuknya islam di Belanda diawali ketika adanya migrasi yang melibatkan kaum muslim ke negri belanda yang dimulai sekitar pertengahan abad ke-20. kelompok-kelompok kecil yang pertama tiba yaitu dari Indonesia sebagai negara jajahannya, yang baru merdeka pada waktu itu. Di antaranya berasal dari tentara Maluku dari Hindia Belanda yang berjumlah sekitar seribu orang, yang sebagian kecil orang beragama Islam. pada awalnya mereka tinggal di penginapan kamp sementara dinegara tersebut, tapi setelah beberapa tahun mereka pindah ke rumah-rumah yang lebih permanen dan menetap disitu.[1]
Di sisi lain, Sebagian besar Muslim pada saat itu di  Belanda datang dari suriname, yang juga negara negara jajahan belanda. Sejak sekitar pertengahan tahun 1960-an terjadi migrasi tenaga kerja dari negara tersebut,  yang jumlahnya mencapai 5.500 orang pada tahun 1970. Jumlah ini terus mengalami kenaikan yang  puncaknya pada 1975, mencapai 36.000 orang. hal ini dikaitkan dengan kemerdekaan suriname pada saat itu.
Selain itu,  Islam sangat banyak berdatangan dari turki dan maroko,  ketika pada 1964 yang dimaksudkan untuk meningkatkan tenaga kerja, belanda membuat perjanjian bilateral dengan negara-negara Eropa termasuk Turki. Hal ini membuat orang muslim di Belanda semakin bertambah, yang  setelahnya Perjanjian tersebut juga banyak diikuti oleh  orang-orang non-Eropa seperti Maroko, Afganistan pada tahun 1969.[2]
Menurut Biro Statistik Pusat (CBS) negara tersebut, pada 1994, jumlah umat Islam dari 15.341.553 jumlah penduduk Belanda saat itu sekitar (3,7 persen) dan 6.000 orang diantaranya adalah warga asli Belanda. Sedangkan pada tahun 2004, ada sekitar 5.8% muslim. Menurutnya, ”Terdapat  945,000 orang Muslim yang tinggal di Belanda pada 1 Januari  2014, meningkat dua kali lebih banyak jumlahnya pada tahun 1990-an”, CBS juga menambahkan bahwa . “jumlah  ini diperkirakan akan terus bertambah mencapai 1 juta pada tahun 2006”. Sedangkan jumlah muslim asli belanda sampai tahun 2010 mencapai 12.000 orang.[3]
Data yang di lansir dalam euro-islam.info, penyebaran umat islam sebagai berikut:[4]
Country of Origin
Numbers
Share of the total Muslim population
Turkey
358,000
40.5 %
Morocco
315,000
35.6 %
Surinam
70,000
7.9 %
Iraq
44,000
5.0 %
Afghanistan
37,000
4.2 %
Iran
29,000
33 %
Somalia
22,000
2.5 %
Dutch converts
10,000
1.1 %
TOTAL
885,000
100 %

2.      Kondisi umat Islam
a.       Pendidikan
Tidak ada sekolah Islam, tetapi pendidikan Islam sebagiannya diberikan kepada anak-anak Muslim di sekolah-sekolah negri oleh guru- guru yang dikirim dari Turki dan Maroko.[5] Namun Setelah tahun 2000-an ada sekitar 37 sekolah Islam utama dan satu sekolah menengah di Rotterdam, yang diakui dan dibiayai oleh negara.
Pemerintah Turki dan Maroko adalah mitra berpengaruh di lembaga pendidikan Islam di Belanda. Kemitraan pendidikan lainnya berkembang seperti pendirian sebuah lembaga Islam pada bulan Februari 2005 oleh koalisi organisasi-organisasi Muslim dalam kemitraan dengan program universitas. Sejak September 2005, ada juga kursus master untuk pembimbing rohani Islam di sebuah Universitas di Amsterdam. Untuk  pendidikan tinggi, ada Universitas Islam swasta yang didanai dari Rotterdam (IUR) dan Universitas Islam Eropa di Schiedam serta beberapa lembaga pelatihan yang lebih kecil.
Tingkat pencapaian pendidikan mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan di antara imigran non-Barat dari pada kalangan pribumi Belanda, tapi hanya 10% dari imigran tersebut yang menempuh sampai pendidikan tinggi atau universitas, angka-angka ini masih berada dibawah pribumi Belanda.
Di sisi lain, ada masalah dalam pelaksanaan pendidikan di Belanda. Seperti menurut The European Monitoring Centre on Racism and Xenophobia’s (EUMC) melaporkan analisa Pendidikan yang menemukan bahwa adanya diskriminasi dalam sistem pendidikan yang ada. Keluhan tentang berpakaian dan jilbab merupakan masalah yang signifikan.[6]
Prestasi pendidikan menurut International Standard Classification of Education (ISCED), Belanda:

High
Medium
Low
Muslim
31%
19%
50%
Non-Muslim
20%
40%
41%
Indeterminate
33%
27%
41%

b.      Muslim dalam Pemerintahan
Muslim menampakkan kehadirannya dalam politik Belanda, seperti sebagai kandidat dalam pemilihan  dan sebagai anggota parlemen yang duduk dalam pemerintahan nasional. Kaum Muslim yang paling kelihatan terlibat dalam pemerintah Belanda dalam dekade terakhir yaitu Ahmed Aboutaleb yang terpilih sebagai walikota Rotterdam pada tahun  2008, dan Ayan Hirsi Ali, sebagai  anggota parlemen, meskipun kemudian mundur dari Jabatannya dan diusir dari Belanda.
Ada  6 anggota parlemen asal Turki dan 5 asal Maroko. Anggota parlemen yang diidentifikasi sebagai Muslim tidak selalu berafiliasi dengan partai-partai Islam. Ahmed Marcouch, yang datang ke Belanda sebagai seorang anak berusia 10 tahun, terpilih ke parlemen setelah bekerja aktif di perpolitikan Amsterdam.
Dua partai politik di Belanda saat ini berusaha untuk mewakili umat Islam di kota, meskipun tidak memenangkan kursi dalam pemilihan terakhir. Keduanya yaitu: Partai Islam Belanda (NMP) Demokrat Islam (ID).[7]
c.       Kehidupan ekonomi
Pengangguran di kalangan masyarakat Maroko dan Turki di Belanda lebih tinggi dari rata-rata nasional.  Dibandingkan dengan penduduk asli Belanda yang hanya 9%, sedangkan dari Maroko 27% dan 21% dari Turki menganggur. Pengangguran di kalangan imigran meningkat dua kali lipat sejak Belanda mengalami resesi pada tahun 2002.
Maroko sedikit tertinggal Turki dalam statistik profesional, meskipun kedua kelompok tersebut menjadi lebih aktif dalam pekerjaan tingkat menengah mulai berkembang. Karenaya rata-rata Pendapatan rumah tangga pertahun penduduk asli Belanda adalah € 20.000, dibandingkan dengan Maroko € 13.000, dan Turki € 13.600.
Menurut laporan tahun 2005 oleh Biro Perencanaan Sosial dan Budaya, ada indikasi diskriminasi langsung dan tidak langsung terhadap Muslim di pasar tenaga kerja. Diskriminasi langsung seperti karyawan melakukan diskriminasi langsung berdasarkan latar belakang budaya; sedangkan diskriminasi tidak langsung meliputi aturan, prosedur dan sistem penghargaan yang menghasilkan dampak yang berbeda pada kelompok yang berbeda. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Perburuhan Internasional menemukan bahwa imigran non-Barat mengalami diskriminasi lebih banyak di Belanda. Maka dari itu Imigran non-Barat cenderung mencari pekerjaan dalam jaringan teman-teman atau keluarga.[8]
d.      Masjid
Tidak begitu sulit masyarakat muslim di Belanda untuk menemukan Masjid,  karna menurut Ali kettani Ada sekitar 300 masjid yang ada di negara tersebut.[9] Dan sebagian lain menyebutkan Setidaknya ada 400-500 tempat ibadah Muslim di Belanda. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya masjid Turki dan sekitar 90 masjid Maroko.[10]
Di  Rotterdam misalnya,  umat muslim dengan  mudah  menemukan  masjid  yang banyak  tersebar  di  seluruh  penjuru  kota. Namun,  banyak  masjid  yang  tidak  tampak  sebagai  masjid,  karena  bangunannya  tampak  seperti  apartemen yang  menyatu  dengan  rumah-rumah,  apartemen,  atau  kantor  di  sekelilingnya.  Hanya  satu  dua  masjid  saja  yang  tampak  sebagai  masjid,  seperti adanya menara dan kubah khas masjid. Pendatang baru mungkin akan kesulitan mencari lokasi-lokasi masjid tersebut, meskipun sebenarnya ada dimana-mana. Masjid-masjid  tersebut  dikelola  oleh  warga  keturunan  Turki,  Maroko,  Pakistan,  Somalia,  Boznia  atau  Indonesia.  Uniknya,  sebagian  masjid  di Rotterdam  dulunya  adalah  bangunan  bekas  gereja  yang  kemudian  beralih  fungsi  menjadi  masjid.  Oleh  karena  itu,  banyak  bangunan  masjid  di Rotterdam  dari  luar  tampak  seperti  bangunan gereja,  gedung,  atau  rumah  biasa.[11]
e.       Organisasi Muslim
Pemerintah Maroko dan Turki melakukan kontrol besar atas urusan agama di Belanda melalui organisasi resmi Turki dan jaringan organisasi sosial Maroko. Dua organisasi telah diakui secara resmi oleh negara sesuai studi Parlemen Eropa tentang "Islam di Uni Eropa: Apa yang Dipermasalahkan di Masa Depan" yaitu CMO (Contactorgaan Muslim en de Overheid) secara resmi diakui sebagai mitra konsultasi Pemerintah pada tanggal 1 November 2004 dan CGI (Contact Groep Islam) diakui pada tanggal 13 Januari 2005 oleh Departemen Kehakiman Belanda.
CMO memiliki pengikut lebih dari 500.000 anggota yang terdiri dari sebagian besar Sunni, termasuk empat organisasi utama Turki (Milli Gorus, Diyanet), the Union of Moroccan mosques dan the Surinam World Islamic Mission. Ketika CMO didirikan, itu bertugas sebagai organisasi payung untuk enam federasi masjid nasional tersebut; bertujuan untuk menyajikan sudut pandang umum tentang isu-isu yang berkaitan dengan integrasi. Syiah, bagaimanapun, tidak termasuk dalam organisasi ini seperti kelompok-kelompok non-Sunni lainnya yang mendirikan CGI.
CGI memiliki pengikut dari 115.000 anggota yang terdiri Alevite, Lahore Ahmadiyah, Sunni, dan latar belakang Syiah. Kedua organisasi tersebut menerima dana publik dan mengadakan pertemuan secara teratur dengan pejabat pemerintah di mengenai integrasi Muslim di masyarakat Belanda.[12]

Penutup
Dari singkat pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Islam pertama kali dibawa ke Belanda oleh Imigran asal Indonesia pada pertengahan abad ke-20, selain itu dari suriname yang melakukan Imigrasi besar-besaran dan juga Imigran dari turki dan maroko.
Kehidupan umat muslim di negara tersebut seperti halnya pendidikan yang memang kurang seperti halnya umat muslim di kebanyakan negara eropa. Namun jumlah masjid di belanda lumayan banyak, dan tidak sulit bagi umat muslim disana untuk mencari tempat untuk melakukan Ibadah.
Partisipasi orang Muslim dalam pemerintahan, lumayan  terlihat, ini dibuktikan dengan terpilihnya  Ahmed Aboutaleb  sebagai walikota Rotterdam pada tahun 2008, dan Ayan Hirsi Ali, sebagai  anggota parlemen nasional. Dan juga ada dua partai yang mewakili umat islam. Sedagkan kondisi perekonomian umat Islam masih belum bisa menyamai masyarakat pribumi belanda.
Sedangkan organisasi yang resmi diakui ada dua yaitu CMO memiliki pengikut lebih dari 500.000, dan CGI memiliki pengikut dari 115.000. Keduanya menerima dana publik dan mengadakan pertemuan secara teratur dengan pejabat pemerintah di mengenai integrasi Muslim di masyarakat Belanda.

DAFTAR PUSTAKA
Nielsen, Jorgen., Muslim in Western Europe, second edition.( Edinburgh : Edinburgh University Press, 1995)

Kettani, M. Ali.,  Minoritas muslim di Dunia dewasa ini, (Jakarta: rajawali Press 2005)

Islam in Netherlands, diakses tanggal 4 april 2015 dari:http://www.euro-islam. info/country- profiles /the-netherlands/

dr . M. Saifudin Hakim, MSc., Jejak Islam Di Kota Rotterdam, Negeri Kincir  Angin Belanda, diakses tanggal 7 April 2015 dari : http://muslim.or.id/jejak-islam/jejak-islam-di-kota- rotterdam-negeri-kincir-angin-belanda.html





[1] Jorgen Nielsen, Muslim in western europe, second edition.( Edinburgh : Edinburgh University Press, 1995) hlm.60
[2] Ibid hlm. 61
[3] Islam di Belanda, diakses tanggal 20 April 2015 dari: http://www.mozaikislam.com/425/islam-di-belanda.htm
[4] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4 april 2015 dari:  http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/
[5] M. Ali Kettani. Minoritas muslim di Dunia dewasa ini, (Jakarta: rajawali Press 2005). hlm. 64
[6] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4 april 2015 dari:  http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] M. Ali Kettani. Minoritas muslim di Dunia dewasa ini, (Jakarta: rajawali Press 2005).hlm. 64
[10] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4 april 2015 dari:  http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/
[11] dr . M. Saifudin Hakim, MSc., Jejak Islam Di Kota Rotterdam, Negeri Kincir  Angin Belanda, diakses tanggal 7 April 2015 dari : http://muslim.or.id/jejak-islam/jejak-islam-di-kota- rotterdam-negeri-kincir-angin-belanda.html
[12] Islam in Netherlands, diakses tanggal 4 april 2015 dari:  http://www.euro-islam.info/country-profiles/the-netherlands/

1 komentar: