Selasa, 14 April 2015

Historiografi Al-Jabarti

Pendahuluan
Di era modern, sekitar awal abad ke-19, negri muslim mulai menampakkan tanda-tanda akan maju kembali dalam hal ilmu pengetahuan, setelah sekian lama mengalami kemunduran. dan  juga perkembangan sejarah islam pun mengalami kemunduran. Mesir dalam hal ini yang mulai menampakan kemajuan itu, dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan muslim seiring dengan bangkitnya gerakan intelektual di negri tersebut. Seperti dalam bidang sejarah,  abdurrahman Al-Jabarti dapat dikatakan sebagai perintis kembali dan pelopor kebangkitan intelektual muslim pada masa itu. Al-jabarti patut dibahas karena telah berperan besar bagi  tumbuhnya kembali semangat keilmuan umat islam di abad modern ini. Dan juga Karena kebanyakan orang, lebih suka merujuk karya dari para sejarawan zaman klasik dan pertengahan, dari pada zaman modern, karna diangap kurang otentik.
Dari hal tersebut, maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai Al-Jabarti. Mulai dari riwayat hidupnya sampai ia banyak menciptakan banyak karya, juga menyebutkan karya-karya yang telah Ia tulis semasa hidupnya, dan memaparkan metode yang digunakannya  dalam menulis karya sejarah yang disebut sebagai pelopor kebangkitan penulisan sejarah islam di zaman modern tersebut.
Riwayat
Al-Jabarti bernama lengkap Abdurrahman bin Hasan al-Jabarti. Dia di lahirkan di Kairo, Mesir. Nama al-Jabarti dinisbatkan kepada Jarbart, yaitu sebuah karang kecil di negri Habsyah (ethiopia), nagri asal nenek moyangnya.[1]  Ia merupakan sejarawan mesir yang terkenal yang hidup di periode politik mesir. Yaitu zaman pemerintahan turki usmani di mesir yang berakhir pada tahun 1798,  zaman pendudukan perancis (1798-1801), dan zaman pemerintahan ali pasya yang  dimulai pada tahun 1805.[2]
Keluarga al-Jabarti sebagai sebagai keluarga ulama yang mengajari pusat komunitas (riwaq) warga jabarat di Kairo. Yang paling terkenal di antara mereka ialah ayah al-Jabarti yaitu Hasan Al-Jabarti sebagai ahli ilmu keagamaan islam dan ilmu pasti terutama astronomi.  Selain mengajar ilmu falak di universitas Al-Azhar, rumahnya menjadi tempat pertemuan para ulama dan tokoh-tokoh agama dari berbagai tempat. Disamping itu, dia juga memiliki hubungan erat dengan para pejabat dinasti Mamluk-utsmani yang berkuasa di Mesir pada saat itu. Dalam lingkungan inilah, jabarti kecil tumbuh dewasa. Ternyata Ia mengikuti jejak sebagian besar keluarganya yang mengabdikan diri di dunia ilmu pengetahuan, terutama sejarah.[3] Hal ini yang membuat al-jabarti juga sangat mencintai ilmu pengetahuan hingga dia menjadi ilmuwan besar sepanjang kepenulisan sejarah islam.
Al-Jabarti menempuh pendidikan formal pertamanya di Madrasah as-Sananiyah di Kairo. Disamping menuntut ilmu di madrasah ini, dalam waktu yang sama, sepulang sekolah, ia juga belajar berbagai ilmu keagamaan dari ayahnya dan dari ulama-ulama yang datang ke rumahnya. Setelah itu, al-Jabarti melanjutkan pendidikanya di al-Azhar sambil terus belajar ilmu Astronomi, matematika dan hikmah dari ayahnya. Demikian pendidikan yang dilaluinya sampai ayahnya meninggal dunia pada tahun 1179 H, ketika ia masih berusia 21 tahun. Dalam lapangan ilmu al-Jabarti sebenarnya melanjutkan tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh anggota keluarganya terdahulu. Sebagaimana ayahnya, Ia juga menjadi seorang ulama besar di al-azhar kairo. Disamping itu, Dia juga memberi pengajian di masjid-masjid dan dirumahnya.[4] Ketika usia senjanya al-Jabarti mennghabiskannya untuk mendekatkan diri kepada Allah sampai meniggal pada tahun 1237 H/1822 M dalam perjalanan dari kediamannya menuju Kairo.
Karya-karyanya
karya al-Jabarti dalam bidang sejarah, Ia menulis dua buku penting yaitu aja’ib al-atsar fi al-tarajum wa al-akhbar berjumlah 4 jilid, yang lebih dikenal dengan tarikh al-jabarti, dan buku yang berjudul mazhar at-taqdis.[5] Tarikh al-jabarti dimulai dengan mukadimah, dilanjutkan dengan peristiwa-peristiwa dari pada tahun 1099 H, dan berakhir dengan peristiwa pada tahun 1236 H. Dalam kitab ini banyak memuat tema kelompok sosial, seperti pedagang, profesi lain, dan kalangan ahlu dzimmah, tapi fokus kajiannya adalah sejarah dan biografi kalangan ulama dan penguasa dinasti Mamluk.[6] Karya ini juga berisi catatan berbagai persitiwa dan data-data kematian. Jilid I buku tersebut ditutup dengan catatan kematian Muhamad bek abi Dzahab.
Adapun karyanya yang berjudul madzhar at-Taqdis, merupakan sebuah catatan terinci mengenai proses pendudukan prancis atas mesir. Buku ini di terbitkan kembali dalam bahasa arab dalam bentuk ringkasan pada tahun 1960-an. Tanpa suntingan, dan dibagikan ke sekolah-sekolah yang berada dibawah koordinasi deperteman pendidikan dan pegajaran mesir. Bentuk utuh buku ini dalam bahasa arab tidak pernah terbit lagi, tetapi terjemahan oleh Cardin terbit di Paris pada 1838 dalam bahasa turki dan bahasa prancis.[7]
Kelebihan karya al-Jabarti dibandingkan dengan para sejarawan Mesir lainnya karna Ia memberikan potret utuh masyarakat Mesir ketika itu dan mengungkapkan berbagai peristiwa dan tema-tema. Uraian itu tak bertujuan untuk melayani tokoh tertentu atau mengikuti selera penguasa. Iapun tidak pertah menjilat pemerintahan, mengkritik, atau memujinya atas dasar sentimen pribadi atau tujuan yang bersifat materi.[8] Hal mencirikan bahwa al-Jabarti merupakan sejarawan yang objektif, tanpa terpengaruh oleh sentimen kepentingan manapun.
Metode sejarah
Dalam kitabnya yang berjudul aja’ib al-atsar fi al-Tarjum wa al-akhbar, al-Jabarti menuliskannya dengan motode riwayat dari generasi sebelumnya dan mengandalkan peninggalan-peninggalan tertulis. Informasi dari tahun 1099 sampai 1170 H yang terdapat dalam kitabnya didapatkannya dari generasi yang lebih tua, di samping dari dokumen-dokumen resmi, prasasti, nisan kubur, dan peninggalan tertulis lainnya.[9] Sedangkan dari  Tahun 1171 H dan seterusnya, menurut al-jabarti sendiri, bersumber dari ingatannya sendiri, karena peristiwa pada masa itu dialaminya sendiri. Banyak peristiwa yang dialaminya sediri terjadi ketika Ia sebenarnya masih sangat muda. Peristiwa yang bersumber dari ingatnnya ini bisa dibagi menjadi dua. Yaitu: pertama peristiwa tahun 1171-1190 H ditulisnya dengan dengan tulisan yang tingkat-singkat. Kedua peristiwa setelah tahun 1190 H, ditulisnya dengan terinci dan panjang lebar, menulis semua peristiwa didalamnya, mirip  seperti laporang jurnalistik dalam surat kabar.
Kelebian al-Jabarti yang lain dibanding sejarawan muslim lainnya dalam menuliskan karya sejarahnya, adalah ketika menuliskan sejarah Mesir pada masa Turki Utsmani. Hal ini dikarenakan, pertama Ia menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu dengan sempurna serta berusaha melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa yang ditulisnya; kedua Ia menyatakan dalam bukunya bahwa Ia menulis sejarah bukan atas perintah sang penguasa karna Ia adalah seorang ilmuwan yang independen. Tidak ada tanda Ia berusaha menjilat dengan memuji-muji para peguasa agar memperoleh keuntungan, baik moral maupun materil, dalam hal ini Ia bersikap netral, bahkan Ia kritis terhadap penguasa.[10] Membuktikan bahwa dia merupakan sejarawan yang sangat objektif.
Dalam menulis karyanya, al-Jabarti masih mempertahankan corak penulisan sejarah islam yang dikembangkan para sejarawan muslim seribu tahun sebelumya, yaitu dengan menggunakan metode hauliyat atau periodesasi berdasarkan waktu. Didalamnya Ia menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi setiap tahunnya. Selain itu, dia sudah menulis dengan pendekatan tematik, namun penulisan tema-tema itu tak lebih dari sebuah bentuk Khabar, karna antara tema satu dan tema yang lain tidak saling terkait, baik dalam hubungan tematis maupun hubungan kausalitas. Bahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa akhir, dikumpulkannya pada tema bulan, tidak lagi pada tema tahun.[11] Hal ini membuktikan betapa rincinya penulisan sejarah di masa akhir-akhirnya.
Penutup
Dari uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa al-Jabarti merupakan sejarawan muslim yang dianggap menjadi pelopor kebangkitan ilmu sejarah di zaman modern, sejak kecil Ia sudah menempuh pendidikan Islam baik formal maupun dari keluarganya yang juga seorang ulama pada masa itu. Hal itu yang membuat Ia sangat cinta terhadap Ilmu pengetahuan. Dan dari kepalanya, muncul karya yang luar biasa yang patut dijadikan acuan dalam manulis buku-buku sejarah penerusnya. Dan al-Jabarti pada masa tuanya Ia habiskan untuk beribadah kepada Allah dan tatap terus berkarya mengabdikan dirinya pada ilmu pengetahuan.
Metode yang dipakai al-jabarti dalam menulis sejarah yaitu: pertama dalam mencari informasi sejarah yang akan ditulisnya, Ia mangandalkan riwayat dari ulama pada generasi sebelumnya, disamping itu juga Ia mengingat sendiri kejadian yang dijadikan sumberpenulisan sejaranya, karna Ia mengalami sendiri kejadiannya; kedua menuliskan sejarah mesir secara menyeluruh, dan terinci dan menurutnya, Ia merupakan sejarawan yang independen, tanpa intervensi dari manapun; ketiga dalam menulis sejarahnya, Ia mempertahankan metode para pendahulunya, yaitu Hauliyat, atau pembabakan berdasarkan waktu.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yusril Abdul ghani, Historiografi islam, dari klasik hingga modern. (Jakarta: Rajawali press  2004).

Amin, Husein Ahmad. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2001)

Yatim, Badri. perkembangan Historiografi islam, (Jakarta:  lembaga penelitian UIN syarif hidayatullah, 2009).







[1] Badri Yatim, perkembangan Historiografi islam, lembaga penelitian UIN syarif hidayatullah Jakarta: 2009. Hlm. 169
[2] Loc. Cit,.
[3] Yusril Abdul ghani Abdullah, Historiografi islam, dari klasik hingga modern. Rajawali presss, Jakarta :2004. Hlm, 57.
[4] Badri yatim, hlm. 170
[5] Ibid, hlm. 169
[6] Yusril Abdul ghani Abdullah, hlm. 57
[7] Badri yatim, hlm. 171
[8] Yusril Abdul ghani Abdullah, hlm. 58
[9] Badri yatim, hlm 170 
[10] Loc, cit,.
[11] Ibid, hlm 171

Tidak ada komentar:

Posting Komentar