Selasa, 14 April 2015

Arab Pra-Islam

Pendahuluan
Nabi Muhammad merupakan nabi terakhir bagi umat islam. Nabi yang dengan segala kebaikanya membuat kita umat islam diharuska untuk menteladani sifat-sifatnya. Maka dari itu mempelajari sejarahnya adalah suatu yang diwajibkan agar kita mengetahui secara terperinci kehidupannya sejak lahir sampai wafatnya.
Seperti kita ketahui, tanah arab sebagai kelahiran dan tempat beliau menyampaikan ajaran Allah yang disampaikan  padanya kepada umatnya. Tanah yang tadinya tandus dengan segala budaya dan adat istiadat jahiliyah yang melekat di keseharian mereka. Kedatangannya  memberikan cahaya terang dan merubah semua kehidupan mereka yang tadinya gelap dengan kejahiliaannya menjadi terang benderang.
Tapi Dalam makalah ini, penulis tidak akan membahas tentang sejarah nabi Muhammad saw, tapi lebih membahas tetang kehidupan masyarakatnya seelum kedatangan islam dan dirinya. Akan sedikit menguraikan tentang asal mula bangsa arab sebagai bangsa tempat Beliau lahir, kehiduan keagamaan dan sosial budayanya.
Sebagai seorang yang masih belajar, penulis menyadari masih banyak sekali kesalahan, baik dalam segi penulisan atau pun cara pengutipan. Tapi itu semua tak menjadi penghalang saya untuk tetap belajar. Sebagai ganti dari perhatian bapak saya disini mengucapkan terimakasih. 

1.      Asal mula bangsa Arab
 Bangsa Arab menurut silsilahnya berakhir pada Sam bin Nuh dimana darinya muncul bangsa Babilonia Khaldea, Asyuria, Ibrani, Phunisia, Aram dan Habsyi, Kecuali bangsa Arab bangsa ­bangsa keturunan Sam bin Nuh atau rumpun Semit ini sehagian besar sudah lenyap dan tidak dikenal lagi.[1]
Dilihat dari letak geografisnya, daratan jazirah arab dibagi menjadi tiga bagian yaitu arab baagian selatan, bagian tengah dan utara.[2] Didaerah Arab Selatan, Curah hujan cukup banyak masyarakatnya hidup dengan bercocok tanam, sehingga tingkat peradabannya cukup tinggi. Disamping itu, letaknya didalam dunia perdagangan sangat strategis (antara India dan Mesir). Di daerah Kerajaan serba meliputi Kerajaan yaitu Kerajaan Saba. Daerah Kerajaan Saba meliputi daerah Yaman sekarang. Bangsa Saba mempunyai sistem pengairan yang baik. Terbukti dari adanya bendungan Ma’rib yang terkenal itu. Kerajaan Saba banyak mendirikan daerah-daerah Koloni di Afrika (Pantai Laut Merah). Daerah kolonialnya yang terkenal diantaranya adalah Abessyara (Habashat). Kerajaan Saba runtuh pada tahun 575 SM ketika ditundukkan oleh Iran.
Lain halnya dengan Arab Tengah, Sebagian besar daerahnya merupakan gurun pasir. Penduduknya hidup berkelompok dan biasa disebut dengan suku Badawi. Mereka hidup dari hasil peternakan dan perampasan kafilah-kafilah yang melewati daerah itu. Mereka adalah pemberani yang suka sekali berperang dan tidak mau tunduk kepada siapapun. Disebut daerah Arab Tengan terdapat jalur perjalanan yang biasa digunakan para kafilah untuk membawa barang-barang dari Asia dibawa ke syaria diteruskan ke Eropa (Romawi).
Arab Utara berbatasan dengan daerah-daerah yang sudah maju seperti Romawi dan Iran. Daerah ini juga dengan jalur jalan raya Mesir-Romawi-Iran yang bertemu di daerah Palestina merupakan daerah yang menjadi pusat peradaban tinggi sejak jaman dahulu. Orang-orang Arab yang berada di daerah itu sudah banyak mendapat pengaruh peradaban asing. Banyak dari mereka yang sudah masuk agama Kristen atau Yahudi bahkan mereka pernah mempunyai Kerajaan sendiri yang bernama kereja Nabatea dengan ibukotanya Petra (+ 200 SM-105 M) dan setelah  itu Kerajaan Palmyra (+ 250-273 M). Kemudian muncul Kerajaan Ghassan (di syrra) yang memihak Romawi dan Kerajaan Hira (di Irak) yang memihak Iran, kedua Kerajaan Arab ini tenggelam ketika Islam mulai bergerak ke luar Arabia.
Jika dilihat dari segi keturunan, bangsa arab dibagi menjadi dua yaitu keturunan qahthan (qathaniyah) dan keturunan ismail bin ibrahim (adnaniyun).[3] Arab Qahtaniyyah menurunkan kabilah Jurhum dan Ya'rib. Dari `ya'rib menurunkan suku besar Kahlan dan Himyar. termasuk dalam suku Kahlan antara lain Thaii, Hamdan, Madzhij, Amilah, Judzam, Azed. Sedangkan yang termasuk suku Himyar antara lain, Qudla'ah, Tanukh, Kalb, Juhainah dan Udzrah. Arab Musta'ribah, Arab Adnaniyah akhirnya bercabang menjadi dua suku besar yaitu Kabiah dan Mudlar. Dari Kabiah muncul kabilah Asad yang menempati utara lembah Rimmah dan kabilah Wail yang bercabang menjadi suku Bakr dan Taghlab. Adapun dari Mudlor bercabang menjadi kabilah Qais Ailan yang menurunkan marga Hawazin dan Sulaiman; kabilah Tamim, kabilah Hudzail menempati pegunungan dekat Mekkah, dan kabilah Kinanah dimana suku Quraisy datang darinya.[4]
Sedang adnaniyun merpakan keturunan dari Adnan, Nizar atau Ma'ad yang mendiami wilayah utara jazirah Arab. Bangsa ini di sebut juga dengan Ismailiyah karena merupakan keturunan dari Ismail Ibn Ibrahim.

2.       Kondisi keagamaan
Bangsa arab ketika menjelang datangnya islam adalam masa dimana mengalami degradasi keagamaan. Pengaruh agama samawi telah luntur dan telah mengalami perubahan dan pergantian. [5] yang penyebabnya tidak lain dari generasi bangsa arab itu sendiri yang menyelewengkannya, akibat dari kerjasama mereka dengan bangsa lain. Selain itu juga yang menjadi penyelewengan ini kian menjadi ketika dalang dibelakanynnya adalh orang orang penting bangsa arab, seperti pemuka agama, pendeta, pastur, dan para penguasa bnagsa tersebut. Sebab lain dari kondisi ini adalah banyak masuknya pemikiran-pemikiran yang memperdebatkan tentang agama samawi tersebut.[6]
Agama bangsa arab sebenarnya monotheis, yaitu agama nabi Ibrahim, tapi sudah diselewengkan. Seperti kaum saba’ yang menyembah api dan orang Persia yang menyembah api. Dan orang romawi beragama Kristen mengajarkan cabang tertentu kepada orang arab, dan bagi yang tidak mau mempelajarinya akan dikenakan hukuman seperti potong tangan atau potong kaki. Atau lebih parah memberikan hukuman kematian secara perlahan dengan membakarnya di atas lilin.[7]
Ada bermacam-macam pendapat tentang cara berpindahnya bangsa Arab dari agama Nabi Ibrahim kepada kepercayaan Watsani.[8] Boleh jadi di antara pendapat-pendapat itu, yang lebih dekat kepada yang sebenarnya ialah yang dituturkan oleh Ibnul Kalbi yitu :
Yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah berhala dan batu, ialah siapa-siapa yang meninggalkan kota Makkah selalu membawa sebuah batu, siambilnya sari batu-batu yang ada di Haram Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Haram itu, dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Makkah. Dengan demikian jelaslah sudah betapa agama Nabi Ibrahim telah campur aduk dengan kepecayaan Watsani.
Dalam keadaan yang gelap gulita ini didapati pula diantara bangsa Arab itu orang-orang yang melecehkan dan tidak suka menyembah berhala. Mereka antara lain ialah: Waraqah ibnu Naufal, Usman ibnu Huairis, Abdullah ibnu Jahsy dan Zaid ibnu Umar.
Warakah dan Usman akhirnya memeluk agam Masehi. Abdullah tetap ragu-ragu sampai datangnya agama Islam. Diwaktu agama Islam datang, lalu dianutnya, akan tetapi kemudian ditinggalkannya, dan dianutnya pula agama Masehi, sebagai yang tersiar dimasanya, tetapi jiwanya tiada puas dengan penyembahan berhala, dan agama Islam belum pula lahir lagi di awktu itu, Oleh karena itu kelihatanlah dia sebagai seorang yang menciptakan agama sendiri. Dijauhinya berhala, dan tiadalah dia mau memakan bangkai dan darah.
Di antara orang-orang yang juga tidak mau menyembah berhala ialah : Umaiah ibnu Abish Shalt dan Quss ibnu Sa’idah al Iyadi. Adapun di antara berhala-berhala terpenting yang disembah oleh bangsa Arab, ialah "Hubal". Hubal ini terbuat dari batu akikk berwarna merah, berbentuk manusia. Yaitu dewa mereka yang terbesar. Dia diletakkan di Ka’bah.
Disamping itu banyak lagi berhala-berhala yang lain, diantaranya yang penting: Al lata, tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) Al lata ini adalah berhala yang paling tua.
Al ‘Uzza, tempatnya di Hejaz. Kedudukannyasesudah Hubal. Manah, tempatnya didekat kota Madinah. Manah ini dimuliakan oleh penduduk Yatsib.
Baik pula diketahui bahwa bangsa Arab menyembah berhala-berhala ini adalah sebagai perantara kepada Tuhan, jadi pada hakekatnya bukanlah berhala-berhala itu yang mereka sembah.
Untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa itu, maka oleh bangsa Arab disajikan kepadanya korban-koraban dari binatang ternak. Bahkan pada suatu ketika pernah pula mereka mempersembahkan manusia sebagai koraban kepada dewa-dewa.
Peristiwa Abdul Mutthalib yang hampir saja menyembelih puteranya yang bernama Abdullah buat jadi koraban kepada dewa-dewa – sebagai yang akan kita tuturkan nanti – menunjukkan bahwa mempersembahkan manusia sebagai koraban kepada dewa-dewa pernah dikerjakan oleh mereka.
Mereka pun biasa pula bertenung, dan melihat peruntungan kepada dewa-dewa itu. Bilaman seorang hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berarti, umpamanya hendak berpergian, atau kawin, pergilah ia ke Ka’bah untuk bertenung dan melihat pendapat dewa-dewa terhadap pekerjaan itu. Yang menjadi juru tenung ialah penjaga-penjaga Baitullah.
Di samping pemujaan kepada berhala-berhala, agama-agama ketuhanan pun telah pernah memasuki Jazirah Arab, sebelum datang agama Islam. Diatas telah pernah kita tuturkan tentang seorang raja Yaman yang bernama Zu Nuas. Telah kita sebutkan pula bahwa raja ini memeluk agama yahudi itu. Zu Nuas menerima agama Yahudi dari orang-orang Yahudi yang berpindah ke Yaman.
Dalam pada itu di Yatsib, Khaibar, Wadil Qura dan lain-lain ada pula orang-orang yang beragama Yahudi. Boleh jadi mereka berasal dari Palestina, atau mereka ialah bangsa Arab yang telah memeluk agama Yahudi
Agama Masehi pun pernah masuk ke Jazirah Arab. Telah kita sebut juga di atas mengenai kaum Masehi Najran yang dimusnahkan oleh Zu Nuas. Di Ghassan ada kaum Masehi, demikian pula di Yaman waktu negeri Yaman di bawah pemerintahan bangsa Habsyi, Agama Masehi datangnya ke Jazirah Arab ialah dari Siria, Mesir dan Habsyi.
Tetapi, agama Yahudi dan Masehi tiadalah tersiar betul tanah Arab.Yang demikian disebabkan adanya diskiriminasi yaitu agama Yahudi menurut bagsa yahudi adalah agama dari "suatu bangsa yang pilihan"
Kendatipun seorang Arab telah menganut agama Yahudi, namun dia tiadalah akan mendapat hak sama dengan seorang Yahudi keturunan Yahuda. Oleh karena itu tiadalah rela bangsa Arab untuk memeluk suatu agama yang akan menempatkannyapada suatu derajat dibawah dari derajat penyeru-penyeru agama itu sendiri.
Adapun agama Masehi, telah jauh telah jauh diselewengkan oleh para ekstrimis dan ditakwilkan oleh orang-orang bodoh.[9] Diantaranya memperdebatkan tantang hakekat isa almasih mengenai penciptaannya. Kaum pagan sudah mempengaruhi agama ini sehingga hari raya matahari milik kaum pagan diubah oleh mereka menjadi hari kelahiranisa almasih. selain itu diperparah dengan sikap saling mengkafirkan satu samalain hingga saling membunuh.

3.      Kondisi kehidupan sosial budaya
Masa Arab sebelum islam dikenal dengan sebutan zaman Jahiliya. Pada masa ini bangsa tidak mempunyai pemerintahan yang rapi, karena tatanan kehidupan mereka hanya diatur menurut kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur mereka. Mereka hidup berpindah tempat untuk mencari penghidupan yang lebih layak.
Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan tanah Arab yang bergurun pasir dan bergunung- gunung. Mereka yang merupakan bangsa pemberani didalam membela pendiriannya bahwa kalau perlu mereka berperang sampai titik darah penghabisan dalam mempertahankan kepribadiaan Arabnya.[10]
Bangsa Arab pada zaman sebelum islam mempunyai adat istiadat penuh dengan takhayul. Mereka juga dipandang memilki akhlak yang tidak pantas seperti bermain judi, minum-minuman keras, dan berfoya-foya. Bahkan mereka melakukan pencurian dan perampokan pada suku-suku yang lain, kalau tertangkap menimbulkan perselisihan dan akhirnya terjadi peperangan antar suku bangsa di Arab. Ada juga suku bangsa di Arab yang biasa melakukan tindakan kekejaman yaitu dengan mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Menurut kepercayaan, anak perempuan dipandang tidak berguna dan orang tuannya merasa hina jika memiliki anak perempuan.
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan dan kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas.[11]

Penutup
Kesimpulan dari makalah ini adalah bangsa arab jika dilihat dari letak geografisnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu arab bagian selatan, bagian tengah, dan bagian utara. Dan jika dilihat dari keturunannya yaitu ada dua diantaranya keturunan qathan atau disebut qathaniyah dan keturunan ismail bin Ibrahim yang disebut adnaniyun.
Kehidupan keagamaan bangsa arab sebelum adanya islam telah terjadi terdegradasi yang diakibatkan dengan maraknya pengaruh-pengaruh dari bagsa lain. Yang sebenarnya agama bangsa arab adalah agama Ibrahim, tapi telah diselewegkan oleh pegaruh Persia dan romawi yang beragama pagan.
Seperti kita tahu Masa Arab sebelum islam dikenal dengan sebutan zaman Jahiliya. Pada masa ini bangsa tidak mempunyai pemerintahan yang rapi, karena tatanan kehidupan mereka hanya diatur menurut kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur mereka. Mereka hidup berpindah tempat untuk mencari penghidupan yang lebih layak.  Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan tanah Arab yang bergurun pasir dan bergunung- gunung. Mereka yang merupakan bangsa pemberani didalam membela pendiriannya bahwa kalau perlu mereka berperang sampai titik darah penghabisan dalam mempertahankan kepribadiaan Arabnya.


DAFTAR PUSTAKA
Al-ismail, tarikh Muhammad saw, grafindo persada. Jakarta 1996

Artikel Pertumbuhan Dan Perkembangan Agama Dan Kebudayaan Islam Di Jazirah Arab,  hal.1

Artikel Sejarah bangsa arab sebelum islam.

dari:  http://santriuniversitas.blogspot.com/2010/12/asal-usul-bangsa-arab.html,Dikutip tanggal 27 desember 2013,

dari: http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/kehidupan-bangsa-arab-sebelum-datangnya.html,  Dikutip tanggal 27 desember 2013

Prof. DR. Ali Muhammad Ash-shalabi, sejarah lengkap rasulullah: fiqih dan studi analisa komperhensif,pustaka kautsar. Jakarta 2012

Yatim DR. badri MA, sejarah peradaban islam, rajawali press, Jakarta






[1] Dikutip tanggal 27 desember 2013, dari:  http://santriuniversitas.blogspot.com/2010/12/asal-usul-bangsa-arab.html
[2] Pertumbuhan Dan Perkembangan Agama Dan Kebudayaan Islam Di Jazirah Arab, hal.1
[3] DR. badri yatim MA, sejarah peradaban islam, rajawali press, Jakarta
[4] Ibid.
[5] Prof. DR. Ali Muhammad Ash-shalabi, sejarah lengkap rasulullah: fiqih dan studi analisa komperhensif,pustaka kautsar. Jakarta 2012
[6] Ibid.
[7] Al-ismail, tarikh Muhammad saw, grafindo persada. Jakarta 1996
[8] Sejarah bangsa arab sebelum islam. hal.39
[9] DR. badri yatim MA, sejarah peradaban islam, rajawali press, Jakarta
[10] Ibid hal.2
[11] Dikutip tanggal 27 desember 2013 dari: http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/kehidupan-bangsa-arab-sebelum-datangnya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar