Selasa, 14 April 2015

Historiografi At-Thabari

Pendahuluan
ilmuwan muslim sangat berpenengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan, jika tidak ada mereka maka peradaban yang awalnya dari yunani tidak bisa diteruskan serta hilang dan tidak akan sampai pada kita sekarang. Dalam hal ini adalah At-thabari salah satu ilmuwan muslim yang banyak berkontribusibagi berkembangnya ilmu pengetahuan dalam islam, kebanyakan orang mengenal At-Thobari sebagai ahli Tafsir, hal ini dikarenakan at-Thabari seorang penulis kita tafsir. Padahal at-Thabari juga adalah seorang sejarawan yang telah menciptakan karya sejarah yang sangat monumentaldan juga berkontribusi besar dalam perkembangan kepenulisan sejarah Islam.
Maka dari latar belakang tersebut, dalam tulisan ini, akan membahas tentang at-thabari sebagai sejarawan. Mulai dari riwayat hidupnya sampai Ia jadi ilmuwan besar, karya-karya yang telah dikarangnya, dan metode yang dipakainya untuk menulis karya-karya sejarahnya yang sangat berpengaruh tersebut.
Riwayat
Athabari mempunyai nama lengkap abu ja’far muhammad ibn Jarir At-Thabari. Lahir di Amul Thabaristhan yang terletak di pantai selatan laut thabaristan (laut Qazwain), pada tahun 225 H/ 839 M. Dan meninggal pada tahun 310 H/923 M.[1] Ia memperoleh gelar Abu Ja’far sebagai tanda penghormatan atas kepribadianyya tang sesuai dengan tradisi orang-orang yang menngelari para pemuka dan para pemimpin mereka. Sedangkan ja’far merupakan sebutan bagi sungai yang besar dan luas.
At-Thabari hidup pada masa Islam berada dalam kemajuan dan kesuksesan dalam bidang pemikiran. Hal inilah yang membuatnya mencintai ilmu pengetahuan semenjak kecil. Dan keluarganya juga termasuk keluarga yang menanamkan peran penting ilmu pengetahuan kepadanya terutama pengetahuan keagamaan. Berkat motivasi dari keluarga terutama ayahnya, serta berbekal kecerdasan yang tinggi, At-Thabari muda sudah hafal Al-qur’an dan menjadi imam sholat, serta menulis hadits pada saat umurnya belum genap sembilan tahun.
Dalam menuntut ilmu pengetahuan mengadakan perjalanan keberbagai daerah islam. Kota pertama yang ditujunya adalah Ray, Iran, dan sekitarnya. Disana Ia mempelajari hadits dari Ibn Humaid Al-Razi. Didaerah ini pula Ia berkesempatan belajar sejarah dari Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hammad Al-Daulabi. Dan belajar fiqih dari Abi Muqathil. Selanjutnya Ia menuju ke baghdad untuk belajar kepada Ahmad Bin Hanbal, akan tetapi ketika sampai ke baghdad, Ahmad bin Hanbal sudah wafat. (w. 855 M), kemudian dia melanjutkan perjalanan ke basrah,  kemudian ke kuffah, di Kota ini Ia belajar Qira’at dari sulaiman Al-Tulhi dan hadis dari kelompok jamaah yang diperoleh dai ibrahim abu kuraib muhammad ibn al-A’la al-Hamdani, salah seorang ulama besar hadits.
At-thabari mendirikan madzhab fiqih ketika di baghdad dan pada saat itu pengukutnya para pengikutnya mnyebut dengan madzhab Jaririyah. Sebelumnya Ia bermadzhab syafi’i. Perbedaannya dengan madzhab syafi’i dalam bidag teoritis lebih sedikit daripada dalam bidang praktis. Oleh kerena itu setelah dia wafat, para pengikutnya lupa dengan madzhabnya dan kembali ke madzhab syafi’i. Dan karyanya dalam bidang fikih diantaranya adalah ikhtilaf al-fiqaha dan adab al qudhat.[2] Hal ini membuktikan bahwa at-Thabari mendalami ilmu-ilmu lain selain sejarah hingga wafatnya pada tahun 310 H/ 923 M.
Karya-karya
At-thabari merupakan Ilmuwan muslim bukan hanya dalam bidang sejarah, namun juga dalam bidang tafsir dan ilmu-ilmu lainnya seperti hadis, fiqih, tauhid, ushul fiqih, dan ilmu-ilmu sastra, gramatika, ilu pasti dan ilmu kedokteran.[3] Tidak seluruh karya At-Thabari bisa kita temukan. Meskipun banyak sekali karyanya mengenai berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu karyanya  yang paling populer dalam bidang tafsir adalah jami’ Al-bayan fi Tafsir Al-Qur’an atau lebih dikenal sebagai Tafsir At-Thabari.[4] Tafsir ini sering digunakan oleh para pemikir atau ilmuwan muslim lainnya seperti al-baghawi, As-Suyuthi, dan juga ibn Katsir.
Sedangkan Karya At-Thabari dalam bidang sejarah adalah  Tharikh Al-Umam wa Al-Muluk, (sejarah bangsa-bangsa dan raja-raja) tarikh rasul wa Al-anbiya’ wa al-muluk al-khulafa’ sejarah para rasul, para Nabi, para raja dan para khalifah).[5]  Sebanyak 13 jilid. Menurut publikasi Leiden, Karya ini diawali dengan pengantar, uraian sejarah penciptaan manusia, dan raja-raja zaman kuno. Lalu uraian sejarah bangsa sasan, sirah Nabi, era Khulafa rasydin, sejarah dinasti ummayah, dan sejarah dinasti Abbasiyah.
Tharikh At-thaari ini dinilai sebagai pionir mengenai sejarah umum. Dengan karya ini At-Thabari melengkapi tradisi yang dirintis oleh para pendahulunya yang menulis peristiwa-peristiwa, negara-negara, dan Thabaqat, seperti Ibn Sa’ad, Al-Ya’qubi, Ad-Dinawari, Al-waqidi, Al-baladzuri, dan Ibn Ishaq. Seandainya karya-karya para pendahulu At-Thabari tersebut tidak ditemukan lagi saat ini, maka karya At-Thabari initelah memuat seluruh catatan mereka dan bisa dianggap sebagai pengantar sebagai sumber primer bagi sejarawan berikutnya. Hal ini karna karya At-Thabari ini berisi pembahasan sejarah yang sangat komperhensif sampai zaman awal penciptaan manusia samapi zaman Abbasiyah pada 915 M.
Metode sejarah
Berkenaan dengan metode yang dipakai at-thabari dalam menulis sejarah, yang membedakannya dengan sejarawan-sejarawan sebelumdan sesudahnya, antara lain. setiap informasi yang disajikannya dalam kitab sejarah, selalu disandarkan pada perowi. Dalam hal ini Ia berpendapat bahwa sejarawan tidak otentik apabila hanya bersandar pada logika dan qiyas.[6] Karena hal ini, maka dalam kitabnya banyak ditemukan informasi yang berbeda-beda dalam peristiwa yang sama. Karena setiap perowi tidak tidak selalu sama menyampaikan redaksinya dan tentunya dengan informasi yang tidak sama pula.
Tidak hannya menyebutka perowinya dalam penulisan kita sejarahnya, Ia juga menyebutkan sanadnya dari tangan pertama seperti dilakukan para ahli hadis dalam meriwayatka hadis-hadis Rasulullah Saw. Dan apabila informasi dikutip dari buku maka At-Tabari akan menyebutkan nama pengarang buku itu. Tapi jarang sekali Ia menulis nama buku yang dikutipnya.
Dalam kitabnya, At-Tabari menyajikan kronologi sejarah berdasarkan tahun. Atau yang disebut sebagai metode hauliat.[7] Metode ini sudah dipakai oleh sejarawan muslim sebelumnya seperti ai-haitsam ibn Adi, za’far ibn Muhammad ibn al-Azhar, amar ibn Washimah al-Mishri, dan al-Waqidi. Dalam kitabnya, at-Thabari juga tidak semua menuliskannya berdasarkan tahun, karna itu diluar kemampuannya. Dalam bagian ini dimulainya dengan penciptaan adam, kemudian Nabi-nabi dan peristiwa yang terjadi pada masa masing-masing, kemudian raja-raja yang semasa nabi itu, kemudian peristiwa yang terjadi pada masa mereka, kemudian dia menyebut tentang umat yang tumbuh pada masa setelah para Nabi itu, sampai Islam datang.[8]
Meskipun memakai metode hauliat atau membabakkan sejarah berdasarkan waktu tertentu, tetapi dalam kitabnya juga berisi informasi yang tidak ada hubungannya dengan waktu tertentu, ditulis secara tematik, misalnya setelah membicarakan peristiwa-peristiwa pada masa khalifah tertentu, dan setelah itu dia mambicarakan sifat-sifat, akhlak, dan keistimewaan-keistimewaa khalifah yang bersangkutan. Contohnya setelah memicarakan peritiwa-peristiwa yang terjadi pada masa khalifah Harun Ar-rasyid, At-Tabari menyajikan riwayat hidup khalifah Harun Al-Rasyid secara ringkas.[9] Selain itu, at-Thabari dalam kitabnya Ia selalu menyajikan teks-teks sastra, seperti syair, khithabah (pidato), surat-surat, perbincangan-perbincangan dalam dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.
Penutup
Dari pembahasan singkat tentang At-Thabari diatas, dapat disimpulkan bahwa: pertama, at-Thabari merupakan seorang Ilmuwan muslim yang dengan karya-karyanya sangat berpengaruh  bagi perkembangan keilmuan dalam islam. Seseorang tokoh yang sangat mencintai ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari hasil kerja keras dan berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya demi ilmu pengatahuan yang mau dicapainya, seperti ilmu tafsir, sejarah, bahasa, gramatika, ilmu pasti, kedokteran. Maka dari itu muncul karya-karyanya seperti tafsir, dan  yang monumental dibidang sejarah yamh berpengaruh bagi perkembangan historiografi Islam.
Kedua, metode yang digunakan At-Thabari dalam menulis sejarah, yang kita dapat simpulkan dari tulisan ini yaitu: selalu bersandar pada riwayat dan memperhatian sanadnya, sistematika penulisannya bersifat kronologi atau berdasarkan tahun (hauliyat), menyapaika informasi umum, dan menyajikan juga teks-teks sastra.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yusril Abdul ghani, Historiografi islam, dari klasik hingga modern. (Jakarta: Rajawali press  2004).

Amin, Husein Ahmad. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2001)

Yatim, Badri. perkembangan Historiografi islam, (Jakarta:  lembaga penelitian UIN syarif hidayatullah, 2009).







[1] Badri Yatim, perkembangan Historiografi islam, lembaga penelitian UIN syarif hidayatullah Jakarta: 2009, Hlm.87
[2] Ibid, hlm. 88
[3] Loc, cit,.
[4] Yusril Abdul ghani Abdullah, Historiografi islam, dari klasik hingga modern. Rajawali presss, Jakarta :2004. Hlm.  105
[5] Badri yatim, hlm. 89
[6] Ibid, hlm.91
[7] Yusril Abdul ghani Abdullah, Hlm.105
[8] badri yatim, hlm.93
[9] Ibid, hlm. 94

Tidak ada komentar:

Posting Komentar