Pendahuluan
ilmuwan muslim sangat berpenengaruh bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, jika tidak ada mereka maka peradaban yang awalnya dari yunani
tidak bisa diteruskan serta hilang dan tidak akan sampai pada kita sekarang.
Dalam hal ini adalah At-thabari salah satu ilmuwan muslim yang banyak
berkontribusibagi berkembangnya ilmu pengetahuan dalam islam, kebanyakan orang
mengenal At-Thobari sebagai ahli Tafsir, hal ini dikarenakan at-Thabari seorang
penulis kita tafsir. Padahal at-Thabari juga adalah seorang sejarawan yang
telah menciptakan karya sejarah yang sangat monumentaldan juga berkontribusi
besar dalam perkembangan kepenulisan sejarah Islam.
Maka dari latar belakang tersebut, dalam tulisan ini, akan
membahas tentang at-thabari sebagai sejarawan. Mulai dari riwayat hidupnya
sampai Ia jadi ilmuwan besar, karya-karya yang telah dikarangnya, dan metode
yang dipakainya untuk menulis karya-karya sejarahnya yang sangat berpengaruh
tersebut.
Riwayat
Athabari mempunyai nama lengkap abu ja’far muhammad ibn Jarir
At-Thabari. Lahir di Amul Thabaristhan yang terletak di pantai selatan laut
thabaristan (laut Qazwain), pada tahun 225 H/ 839 M. Dan meninggal pada tahun
310 H/923 M.[1] Ia
memperoleh gelar Abu Ja’far sebagai tanda penghormatan atas kepribadianyya tang
sesuai dengan tradisi orang-orang yang menngelari para pemuka dan para pemimpin
mereka. Sedangkan ja’far merupakan sebutan bagi sungai yang besar dan luas.
At-Thabari hidup pada masa Islam berada dalam kemajuan dan
kesuksesan dalam bidang pemikiran. Hal inilah yang membuatnya mencintai ilmu
pengetahuan semenjak kecil. Dan keluarganya juga termasuk keluarga yang
menanamkan peran penting ilmu pengetahuan kepadanya terutama pengetahuan
keagamaan. Berkat motivasi dari keluarga terutama ayahnya, serta berbekal
kecerdasan yang tinggi, At-Thabari muda sudah hafal Al-qur’an dan menjadi imam
sholat, serta menulis hadits pada saat umurnya belum genap sembilan tahun.
Dalam menuntut ilmu pengetahuan mengadakan perjalanan
keberbagai daerah islam. Kota pertama yang ditujunya adalah Ray, Iran, dan
sekitarnya. Disana Ia mempelajari hadits dari Ibn Humaid Al-Razi. Didaerah ini
pula Ia berkesempatan belajar sejarah dari Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hammad
Al-Daulabi. Dan belajar fiqih dari Abi Muqathil. Selanjutnya Ia menuju ke
baghdad untuk belajar kepada Ahmad Bin Hanbal, akan tetapi ketika sampai ke
baghdad, Ahmad bin Hanbal sudah wafat. (w. 855 M), kemudian dia melanjutkan
perjalanan ke basrah, kemudian ke
kuffah, di Kota ini Ia belajar Qira’at dari sulaiman Al-Tulhi dan hadis dari
kelompok jamaah yang diperoleh dai ibrahim abu kuraib muhammad ibn al-A’la
al-Hamdani, salah seorang ulama besar hadits.
At-thabari mendirikan madzhab fiqih ketika di baghdad dan
pada saat itu pengukutnya para pengikutnya mnyebut dengan madzhab Jaririyah.
Sebelumnya Ia bermadzhab syafi’i. Perbedaannya dengan madzhab syafi’i dalam
bidag teoritis lebih sedikit daripada dalam bidang praktis. Oleh kerena itu
setelah dia wafat, para pengikutnya lupa dengan madzhabnya dan kembali ke
madzhab syafi’i. Dan karyanya dalam bidang fikih diantaranya adalah ikhtilaf
al-fiqaha dan adab al qudhat.[2]
Hal ini membuktikan bahwa at-Thabari mendalami ilmu-ilmu lain selain sejarah
hingga wafatnya pada tahun 310 H/ 923 M.
Karya-karya
At-thabari merupakan Ilmuwan muslim bukan hanya dalam bidang
sejarah, namun juga dalam bidang tafsir dan ilmu-ilmu lainnya seperti hadis,
fiqih, tauhid, ushul fiqih, dan ilmu-ilmu sastra, gramatika, ilu pasti dan ilmu
kedokteran.[3] Tidak
seluruh karya At-Thabari bisa kita temukan. Meskipun banyak sekali karyanya
mengenai berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu karyanya yang paling populer dalam bidang tafsir
adalah jami’ Al-bayan fi Tafsir Al-Qur’an atau lebih dikenal sebagai Tafsir
At-Thabari.[4] Tafsir
ini sering digunakan oleh para pemikir atau ilmuwan muslim lainnya seperti
al-baghawi, As-Suyuthi, dan juga ibn Katsir.
Sedangkan Karya At-Thabari dalam bidang sejarah adalah Tharikh Al-Umam wa Al-Muluk, (sejarah bangsa-bangsa
dan raja-raja) tarikh rasul wa Al-anbiya’ wa al-muluk al-khulafa’ sejarah para
rasul, para Nabi, para raja dan para khalifah).[5]
Sebanyak 13 jilid. Menurut publikasi
Leiden, Karya ini diawali dengan pengantar, uraian sejarah penciptaan manusia,
dan raja-raja zaman kuno. Lalu uraian sejarah bangsa sasan, sirah Nabi, era
Khulafa rasydin, sejarah dinasti ummayah, dan sejarah dinasti Abbasiyah.
Tharikh At-thaari ini dinilai sebagai pionir mengenai sejarah
umum. Dengan karya ini At-Thabari melengkapi tradisi yang dirintis oleh para
pendahulunya yang menulis peristiwa-peristiwa, negara-negara, dan Thabaqat,
seperti Ibn Sa’ad, Al-Ya’qubi, Ad-Dinawari, Al-waqidi, Al-baladzuri, dan Ibn
Ishaq. Seandainya karya-karya para pendahulu At-Thabari tersebut tidak
ditemukan lagi saat ini, maka karya At-Thabari initelah memuat seluruh catatan
mereka dan bisa dianggap sebagai pengantar sebagai sumber primer bagi sejarawan
berikutnya. Hal ini karna karya At-Thabari ini berisi pembahasan sejarah yang
sangat komperhensif sampai zaman awal penciptaan manusia samapi zaman Abbasiyah
pada 915 M.
Metode sejarah
Berkenaan dengan metode yang dipakai at-thabari dalam menulis
sejarah, yang membedakannya dengan sejarawan-sejarawan sebelumdan sesudahnya,
antara lain. setiap informasi yang disajikannya dalam kitab sejarah, selalu
disandarkan pada perowi. Dalam hal ini Ia berpendapat bahwa sejarawan tidak
otentik apabila hanya bersandar pada logika dan qiyas.[6]
Karena hal ini, maka dalam kitabnya banyak ditemukan informasi yang
berbeda-beda dalam peristiwa yang sama. Karena setiap perowi tidak tidak selalu
sama menyampaikan redaksinya dan tentunya dengan informasi yang tidak sama
pula.
Tidak hannya menyebutka perowinya dalam penulisan kita
sejarahnya, Ia juga menyebutkan sanadnya dari tangan pertama seperti dilakukan
para ahli hadis dalam meriwayatka hadis-hadis Rasulullah Saw. Dan apabila
informasi dikutip dari buku maka At-Tabari akan menyebutkan nama pengarang buku
itu. Tapi jarang sekali Ia menulis nama buku yang dikutipnya.
Dalam kitabnya, At-Tabari menyajikan kronologi sejarah
berdasarkan tahun. Atau yang disebut sebagai metode hauliat.[7]
Metode ini sudah dipakai oleh sejarawan muslim sebelumnya seperti ai-haitsam
ibn Adi, za’far ibn Muhammad ibn al-Azhar, amar ibn Washimah al-Mishri, dan
al-Waqidi. Dalam kitabnya, at-Thabari juga tidak semua menuliskannya
berdasarkan tahun, karna itu diluar kemampuannya. Dalam bagian ini dimulainya
dengan penciptaan adam, kemudian Nabi-nabi dan peristiwa yang terjadi pada masa
masing-masing, kemudian raja-raja yang semasa nabi itu, kemudian peristiwa yang
terjadi pada masa mereka, kemudian dia menyebut tentang umat yang tumbuh pada
masa setelah para Nabi itu, sampai Islam datang.[8]
Meskipun memakai metode hauliat atau membabakkan sejarah
berdasarkan waktu tertentu, tetapi dalam kitabnya juga berisi informasi yang
tidak ada hubungannya dengan waktu tertentu, ditulis secara tematik, misalnya
setelah membicarakan peristiwa-peristiwa pada masa khalifah tertentu, dan
setelah itu dia mambicarakan sifat-sifat, akhlak, dan keistimewaan-keistimewaa
khalifah yang bersangkutan. Contohnya setelah memicarakan peritiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa khalifah Harun Ar-rasyid, At-Tabari menyajikan riwayat
hidup khalifah Harun Al-Rasyid secara ringkas.[9]
Selain itu, at-Thabari dalam kitabnya Ia selalu menyajikan teks-teks sastra,
seperti syair, khithabah (pidato), surat-surat, perbincangan-perbincangan dalam
dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.
Penutup
Dari pembahasan singkat tentang At-Thabari diatas, dapat
disimpulkan bahwa: pertama, at-Thabari
merupakan seorang Ilmuwan muslim yang dengan karya-karyanya sangat
berpengaruh bagi perkembangan keilmuan
dalam islam. Seseorang tokoh yang sangat mencintai ilmu pengetahuan yang
diperolehnya dari hasil kerja keras dan berpindah dari satu daerah ke daerah
lainnya demi ilmu pengatahuan yang mau dicapainya, seperti ilmu tafsir,
sejarah, bahasa, gramatika, ilmu pasti, kedokteran. Maka dari itu muncul
karya-karyanya seperti tafsir, dan yang
monumental dibidang sejarah yamh berpengaruh bagi perkembangan historiografi
Islam.
Kedua, metode yang digunakan At-Thabari
dalam menulis sejarah, yang kita dapat simpulkan dari tulisan ini yaitu: selalu
bersandar pada riwayat dan memperhatian sanadnya, sistematika penulisannya
bersifat kronologi atau berdasarkan tahun (hauliyat), menyapaika informasi
umum, dan menyajikan juga teks-teks sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yusril Abdul ghani, Historiografi islam, dari klasik hingga modern. (Jakarta: Rajawali press 2004).
Amin, Husein Ahmad. Seratus
Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2001)
Yatim, Badri. perkembangan
Historiografi islam, (Jakarta: lembaga penelitian UIN syarif
hidayatullah, 2009).
[1] Badri
Yatim, perkembangan Historiografi islam, lembaga
penelitian UIN syarif hidayatullah Jakarta: 2009, Hlm.87
[2] Ibid, hlm. 88
[3] Loc, cit,.
[4] Yusril
Abdul ghani Abdullah, Historiografi islam, dari klasik hingga modern. Rajawali
presss, Jakarta :2004. Hlm. 105
[5] Badri
yatim, hlm. 89
[6] Ibid, hlm.91
[7] Yusril
Abdul ghani Abdullah, Hlm.105
[8] badri
yatim, hlm.93
[9] Ibid, hlm. 94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar