Pendahuluan
Dunia islam
setelah jatuhnya Baghdad pada petengahan abad XII, yang juga menandai jatuhnya
dinasti Abbasiyah, tidak berarti kejayaan Islam telah berakhir. Meskipun jika
melihat sejarah yang ada, bangkitnya
Islam setelah runtuhnya Abbasiyah tidak lagi bisa mengulangi pendahulunya itu
dalam hal peradaban, akan tetapi tidak dalam hal perluasan wilayah. Ini
terbukti Pada masa itu berdiri tiga kerajaan besar yaitu Turki Usmani di Turki,
Syafawi di Persia, dan Mughol di India. Yang daerah kekuasaannya meliputi
Sebagian besar Asia Barat, sebagian Afrika Utara dan Eropa timur.
Namun
beberapa abad setelah itu, ketika kaum barat mengalami kebangkitan, dunia Islam
semakin terpuruk akibat kurangnya pengembangan ilmu pengetahuan. Dampak
seriusnya, Umat islam sejak saat itu selalu dalam keterpurukan, dan banyak
wilayah Islam di jajah oleh negara-negara barat. maka dari itu, timbul kesadaran umat Islam
untuk bangkit dan merdeka dari penindasan tersebut yang juga menandai
dimulainya era Modern dalam dunia Islam.
a. Latar belakang munculnya pemikiran modern di dunia Islam
Periode modern dalam sejarah Islam bermula pada tahun 1800
M dan berlangsung sampai sekarang. Diawal periode ini kondisi umat Islam secara politis berada dibawah penetrasi
kolonialisme barat.
Diawali dengan kemunduran, ketika tiga kerajaan besar yatu Turki Utsmani
di Turki, Syafawi di Persia, dan Mughal di India pada abad XIII Mulai
menunjukkan kemundurannya, yang disebabkan oleh disintegrasi politik dengan
melemahnya otoritas masing-masing pemerintah pusat dan munculnya penguasa-penguasa
semi otonom di berbagai daerah dan propinsi negara-negara tersebut.[1]
Memburuknya situasi Ekonomi yang menimpa umat islam akibat
persaingan dagang dengan dagang dengan negara-negara Eropa, seperti kasus
dinasti mughal yang penguasaan ekonominya di dominasi oleh inggris dan
mengakibatkan kerajaan tersebut di ambang kehancuran;[2]
Dan juga karna Umat islam banyak mengalami kekalahan-kelalahan dalam perang
akibat melemahnya kekuatan militer dan penguasanya; serta kemerosotan spiritualitas
dan moralitas masyarakat, terutama para penguasa; terjadinya ekspansi
negara-negara Eropa ke Timur tengah, yang pertama-tama dilakukan oleh dua
bangsa eropa terkemuka, Inggris dan prancis, yang memang sedang bersaing.
Inggris terlebih dahulu menanmkan pengaruhnya di India. Prancis merasa perlu
memutuskan hubungan komunikasi antara inggris di Barat dan India di timur. Oleh
karena itu pintu gerbang ke India, yaitu Mesir, harus berada di bawah
kekuasaanya. Untuk maksud tersebut, Mesir dapat ditaklukan Prancis 1798.[3]
Ketika ketiga kerajaan Islam itu mengalami kemunduran, Eropa
barat sedang mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Syafawi hancur diawal
abad ke-18 M, dan kerajaan Mughal hancur pada paruh abad Ke-19 ditangan
Inggris, yang kemudian mengambil kekuasaan dianak benua India. Kekuatan
terakhir yang masih disegani oleh lawan adalah kerajaan Usmani di Turki. Akan
tetapi yang terkhir inipun terus mengalami kemuduran demi kemunduran. Kelemahan
kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat mencaplok, menduduki dan
menjajah negri-negri Islam dengan mudah.
Setelah mengalami berbagai macam kemunduran tersebut, mulai
banyak bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu
paling tidak muncul karena dua hal. Pertama
timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang
masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran seperti bid’ah,
takhayul, khurafat yang dianggap sebab Islam mengalami kemunduran. Pada periode
ini barat mendominasi dibidang politik dan peradaban. Maka ketika tokoh-tokoh
Islam bersentuhan dengan peradaban barat menyadarkan mereka bahwa umat Islam
mengalami ketretinggalan dan berniat untuk bangkit dari ketertingalan tersebut.[4]
b. Ide-ide pembaharuan di dunia Islam modern
Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka mengadakan suatu
gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam
dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. pembaharuan
tersebut antara lain dipelopori oleh tokoh-tokoh sebagai berikut:
1. Muhammad bin Abdul Wahab
Pemikiran keagamaan yang dibawakan olehnya dan menonjol
difokuskan pada pemurnian tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang tiada sekutu
bagi-Nya. Namun, dengan berjalannya waktu, gerakan mereka berkembang menjadi
gerakan politik. Meski demikian, ia tidak meninggalkan misi asalnya yaitu
pemurnian Islam.
Baginya, syirik adalah orang yang menyekutukan Allah dan
tidak akan diampuni oleh Allah dosa yang disebabkan tersebut. Pembagian syirik
menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik yang nyata) dan syirik asghar (syirik
yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan terhadap makhluk yang tidak boleh
seseorang beribadah kepadanya, bersumpah kepada selain Allah dan riya’. Untuk
mengembalikan kemurnian Tauhid tersebut, makam-makam yang
banyak dikunjungi dengan tujuan mencari syafaat, keberuntungan dan
lain-lain yang membawa kepada paham syirik, mereka berusaha menghapuskan paham
ini. dan menurutnya Taklid kepada ulama tidak dibenarkan. Pintu ijtihad
senantiasa terbuka dan tidak tertutup.
2. Rif’ah Badawi Rafi’ At Tahtawi
Pemikiran yang dibawanya yaitu, Salah satu jalan untuk
kesejahteraan adalah, berpegang pada agama dan akhlak budi pekerti, untuk itu
pendidikan merupakan sarana penting. Tujuan dari pendidikan menurutnya adalah
membentuk manusia berkepribadian patriotik dengan istilah hubbul wathon
yaitu mencintai tanah air. Perasaan patriotik itu akan menimbulkan rasa
kebangsaan, persatuan, tunduk dan mematuhi undang-undang, serta bersedia
mengorbankan jiwa dan harta untuk mempertahankan kemerdekaan.[5]
Dalam hal agama dan peranan ulama, al Tahtawi menghendaki
agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung arti bahwa pintu ijtihad tetap
dibiarkan terbuka lebar. Ide-ide pembaharuan yang dilontarkan al Tahtawi:
ajaran Islam tidak hanya monoton mengurusi Tuhan akan tetapi kehidupan sosial
juga harus seimbang, kebiasaan diktator raja seharusnya diganti dengan
musyawarah, syari'at harus sesuai dengan perkembangan modern, para ulama harus
belajar filsafat dan ilmu pengetahuan agar syari'at sesuai dengan kehidupan
modern, pendidikan harus bersifat sosial (termasuk tidak ada pembedaan bagi
perempuan), dan juga Umat Islam harus dinamis.
3. Jamaluddin Al afgani
Pemikiran pembaharuannya adalah supaya umat Islam kembali pada
ajaran agama Islam yang murni, kepemimpinan otokrasi supaya diubah menjadi
demokrasi, untuk mewujudkan kemajuan masyarakat Islam yang dinamis agar kaum
wanita bekerja sama dengan kaum pria dan Gerakan Pan Islamisme yaitu penyatuan
seluruh umat Islam. Gagasanya mengilhami kaum muslim di Turki, Iran, Mesir dan
India. Meskipun sangat anti imperialisme Eropa, ia mengagungkan pencapaian ilmu
pengetahuan Barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksi antara Islam dan ilmu
pengetahuan.
4. Muhamad Abduh (Mesir 1849-1905) dan Muhamad Rasyid Rida (Suriah 1865-1935)
Muhamad Abduh adalah pembaharu Islam di Mesir penerus dari
gerakan Wahabi dan Pan Islamisme Ia bersama muridnya yang bernama Muhammad Rasyid
Rida menerbitkan jurnal “Al Urwatu Wustsqa” Selain itu Muhammad Abdul juga
menyusun kitab yang berjudul “ Ar Risalah at Tauhid”.
Guru dan murid tersebut mengunjungi beberapa negara Eropa dan
amat terkesan dengan pengalaman mereka disana. Rasyid Rida mendapat pendidikan
Islam tradisional dan menguasai bahasa asing (Prancis dan turki) yang menjadi
jalan masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara umum. Oleh karena
itu, tidak sulit bagi Rida untuk bergabung dengan gerakan pembaruan Al
Afgani dan Muhamad Abduh dan diantaranya melalui penerbitan jurnal Al Urwah Al
Wustha yang diterbitkan di paris dan disebarkan di mesir.
Muhamad Abduh sebagaimana Muhamad Abdul Wahab dan Jamaluddin
Al-Afgani, berpendapat bahwa masuknya bermacam bid’ah kedalam ajaran Islam
membuat umat Islam lupa akan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Bid’ah itulah
yang menjauhkan masyarakat Islam dari jalan yang sebenarnya.
5. Sir sayid Ahmad Khan (India 18817-1898)
Sir Sayid Akhmad Khan lahir di Delhi India adalah pembaharu
yang produktif dengan berbagai karya diantaranaya Tarikhi Sarkhasi Bignaur
berisi catatan kronologi pemeberontakan di Bignaur, Asbab Baghawat Hind, The
Causes of the Indian Revolt (sebab-sebab revolusi India, Risalat Khair Khawahan
Musulman risalah tentang orang-orang yang setia, dan Akhkam Ta’aam Ahl al Kitab
hukum memakan makanan ahli kitab.
Seperti Al afgani, Ia menyerukan kaum muslim untuk meraih
ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan al Afgani ia melihat adanya
kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Kekuatan
pembebas itu antara lain, penjelasan mengenai suatu peristiwa dengan
sebab-sebab yang bersifat fisik materiil. Di barat nilai-nilai ini telah
membebaskan orang dari tahayul dan cengkraman kekuasaan gereja.
Kini dengan semangat yang sama Ahmad Khan merasa wajib
membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari
pemahaman terhadap Al qur’an. Ia amat serius dengan upaya ini, antara lain:
menciptakan sendiri metode baru penafsiran Alqur’an. Hasilnya adalah teologi
yang memiliki karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al qur’an.
Penutup
dari pemaparan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa periode
modern Islam terjadi pada awal abad ke 19 ketika Islam mengalami kemunduran
akibat banyak terjadi disintegrasi daerah-daerah Islam, melemahnya ekonomi,
mliter, moralitas masyarakat dan pemimpinya merosot, dan eropa barat sedang
mengalami kebangkitan yang sangat pesat yang mengakibatkan Mereka banyak
meguasai dan menduduki daerah islam yang sudah Islam tersebut.
Dengan
kondisi tersebut, maka umat Islam menghendaki pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad
bin Abdul Wahab, Rif’ah Badawi Rafi’ At Tahtawi, Jamaluddin Al afgani, Muhamad Abduh (Mesir 1849-1905)
dan Muhamad Rasyid Rida (Suriah 1865-1935), Sayyid Qutub (Mesir 1906-1966), Sir sayid Ahmad Khan (India
18817-1898). Mereka itulah yang membawa pembaharuan-pembaharuan dalam bidang
pilitik, keagamaan, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA:
Yatim,
Badri, sejarah peradaban Islam dirasah
Islamiyah II (Jakarta :Rajawali
press, 2014)
Asmuni, yusron Pengantar Studi
Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995)
Sjazali, Munawir. Islam dan tata negara ajaran, sejarah dan
pemikiran (Jakarta : UI Press, 2011)
[1] Munawir
sadzali, islam dan tat negara ajaran,
sejarah dan pemikiran, (Jakarta :UI press 2011) hlm.111
[2] Badri
yatim. Sejarah peradaban islam Dirasah
Islamiyah II, (Jakarta: rajawali press, 2014) hlm. 159
[3] Badri
yatim. 722
[4] Badri
yatim 174
[5] Yusron
Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1995) hlm. 71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar