Minggu, 19 April 2015

Asal-Usul Pemikiran Modern di Dunia Islam dan Ide-Ide yang ada Di Dalamnya

Pendahuluan
Dunia islam setelah jatuhnya Baghdad pada petengahan abad XII, yang juga menandai jatuhnya dinasti Abbasiyah, tidak berarti kejayaan Islam telah berakhir. Meskipun jika melihat  sejarah yang ada, bangkitnya Islam setelah runtuhnya Abbasiyah tidak lagi bisa mengulangi pendahulunya itu dalam hal peradaban, akan tetapi tidak dalam hal perluasan wilayah. Ini terbukti Pada masa itu berdiri tiga kerajaan besar yaitu Turki Usmani di Turki, Syafawi di Persia, dan Mughol di India. Yang daerah kekuasaannya meliputi Sebagian besar Asia Barat, sebagian Afrika Utara dan Eropa timur.
Namun beberapa abad setelah itu, ketika kaum barat mengalami kebangkitan, dunia Islam semakin terpuruk akibat kurangnya pengembangan ilmu pengetahuan. Dampak seriusnya, Umat islam sejak saat itu selalu dalam keterpurukan, dan banyak wilayah Islam di jajah oleh negara-negara barat.  maka dari itu, timbul kesadaran umat Islam untuk bangkit dan merdeka dari penindasan tersebut yang juga menandai dimulainya era Modern dalam dunia Islam.

a.      Latar belakang munculnya pemikiran modern di dunia Islam
Periode modern dalam sejarah Islam bermula pada tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Diawal periode ini kondisi umat Islam  secara politis berada dibawah penetrasi kolonialisme barat.
Diawali dengan kemunduran,  ketika tiga kerajaan besar yatu Turki Utsmani di Turki, Syafawi di Persia, dan Mughal di India pada abad XIII Mulai menunjukkan kemundurannya, yang disebabkan oleh disintegrasi politik dengan melemahnya otoritas masing-masing pemerintah pusat dan munculnya penguasa-penguasa semi otonom di berbagai daerah dan propinsi negara-negara tersebut.[1]
Memburuknya situasi Ekonomi yang menimpa umat islam akibat persaingan dagang dengan dagang dengan negara-negara Eropa, seperti kasus dinasti mughal yang penguasaan ekonominya di dominasi oleh inggris dan mengakibatkan kerajaan tersebut di ambang kehancuran;[2] Dan juga karna Umat islam banyak mengalami kekalahan-kelalahan dalam perang akibat melemahnya kekuatan militer dan penguasanya; serta kemerosotan spiritualitas dan moralitas masyarakat, terutama para penguasa; terjadinya ekspansi negara-negara Eropa ke Timur tengah, yang pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa eropa terkemuka, Inggris dan prancis, yang memang sedang bersaing. Inggris terlebih dahulu menanmkan pengaruhnya di India. Prancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara inggris di Barat dan India di timur. Oleh karena itu pintu gerbang ke India, yaitu Mesir, harus berada di bawah kekuasaanya. Untuk maksud tersebut, Mesir dapat ditaklukan Prancis 1798.[3]
Ketika ketiga kerajaan Islam itu mengalami kemunduran, Eropa barat sedang mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Syafawi hancur diawal abad ke-18 M, dan kerajaan Mughal hancur pada paruh abad Ke-19 ditangan Inggris, yang kemudian mengambil kekuasaan dianak benua India. Kekuatan terakhir yang masih disegani oleh lawan adalah kerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi yang terkhir inipun terus mengalami kemuduran demi kemunduran. Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat mencaplok, menduduki dan menjajah negri-negri Islam dengan mudah.
Setelah mengalami berbagai macam kemunduran tersebut, mulai banyak bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu paling tidak muncul karena dua hal. Pertama timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran seperti bid’ah, takhayul, khurafat yang dianggap sebab Islam mengalami kemunduran. Pada periode ini barat mendominasi dibidang politik dan peradaban. Maka ketika tokoh-tokoh Islam bersentuhan dengan peradaban barat menyadarkan mereka bahwa umat Islam mengalami ketretinggalan dan berniat untuk bangkit dari ketertingalan tersebut.[4]
b.      Ide-ide pembaharuan di dunia Islam modern
Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. pembaharuan tersebut antara lain dipelopori oleh tokoh-tokoh sebagai berikut:
1.      Muhammad bin Abdul Wahab
Pemikiran keagamaan yang dibawakan olehnya dan menonjol difokuskan pada pemurnian tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Namun, dengan berjalannya waktu, gerakan mereka berkembang menjadi gerakan politik. Meski demikian, ia tidak meninggalkan misi asalnya yaitu pemurnian Islam.
Baginya, syirik adalah orang yang menyekutukan Allah dan tidak akan diampuni oleh Allah dosa yang disebabkan tersebut. Pembagian syirik menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik yang nyata) dan syirik asghar (syirik yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan terhadap makhluk yang tidak boleh seseorang beribadah kepadanya, bersumpah kepada selain Allah dan riya’. Untuk mengembalikan kemurnian Tauhid tersebut, makam-makam yang banyak dikunjungi dengan tujuan mencari syafaat, keberuntungan dan lain-lain yang membawa kepada paham syirik, mereka berusaha menghapuskan paham ini. dan menurutnya Taklid kepada ulama tidak dibenarkan. Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup.
2.      Rif’ah Badawi Rafi’ At Tahtawi
Pemikiran yang dibawanya yaitu, Salah satu jalan untuk kesejahteraan adalah, berpegang pada agama dan akhlak budi pekerti, untuk itu pendidikan merupakan sarana penting. Tujuan dari pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia berkepribadian patriotik dengan istilah hubbul wathon yaitu mencintai tanah air. Perasaan patriotik itu akan menimbulkan rasa kebangsaan, persatuan, tunduk dan mematuhi undang-undang, serta bersedia mengorbankan jiwa dan harta untuk mempertahankan kemerdekaan.[5]
Dalam hal agama dan peranan ulama, al Tahtawi menghendaki agar para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung arti bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar. Ide-ide pembaharuan yang dilontarkan al Tahtawi: ajaran Islam tidak hanya monoton mengurusi Tuhan akan tetapi kehidupan sosial juga harus seimbang, kebiasaan diktator raja seharusnya diganti dengan musyawarah, syari'at harus sesuai dengan perkembangan modern, para ulama harus belajar filsafat dan ilmu pengetahuan agar syari'at sesuai dengan kehidupan modern, pendidikan harus bersifat sosial (termasuk tidak ada pembedaan bagi perempuan), dan juga Umat Islam harus dinamis.
3.      Jamaluddin Al afgani  
Pemikiran pembaharuannya adalah supaya umat Islam kembali pada ajaran agama Islam yang murni, kepemimpinan otokrasi supaya diubah menjadi demokrasi, untuk mewujudkan kemajuan masyarakat Islam yang dinamis agar kaum wanita bekerja sama dengan kaum pria dan Gerakan Pan Islamisme yaitu penyatuan seluruh umat Islam. Gagasanya mengilhami kaum muslim di Turki, Iran, Mesir dan India. Meskipun sangat anti imperialisme Eropa, ia mengagungkan pencapaian ilmu pengetahuan Barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksi antara Islam dan ilmu pengetahuan.
4.      Muhamad Abduh (Mesir 1849-1905) dan Muhamad Rasyid Rida (Suriah 1865-1935)
Muhamad Abduh adalah pembaharu Islam di Mesir penerus dari gerakan Wahabi dan Pan Islamisme Ia  bersama muridnya yang bernama Muhammad Rasyid Rida menerbitkan jurnal “Al Urwatu Wustsqa” Selain itu Muhammad Abdul juga menyusun kitab yang berjudul “ Ar Risalah at Tauhid”.
Guru dan murid tersebut mengunjungi beberapa negara Eropa dan amat terkesan dengan pengalaman mereka disana. Rasyid Rida mendapat pendidikan Islam tradisional dan menguasai bahasa asing (Prancis dan turki) yang menjadi jalan masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara umum. Oleh karena itu, tidak sulit bagi Rida untuk bergabung dengan gerakan pembaruan Al Afgani dan Muhamad Abduh dan diantaranya melalui penerbitan jurnal Al Urwah Al Wustha yang diterbitkan di paris dan disebarkan di mesir.
Muhamad Abduh sebagaimana Muhamad Abdul Wahab dan Jamaluddin Al-Afgani, berpendapat bahwa masuknya bermacam bid’ah kedalam ajaran Islam membuat umat Islam lupa akan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Bid’ah itulah yang menjauhkan masyarakat Islam dari jalan yang sebenarnya.
5.      Sir sayid Ahmad Khan (India 18817-1898)
Sir Sayid Akhmad Khan lahir di Delhi India adalah pembaharu yang produktif dengan berbagai karya diantaranaya Tarikhi Sarkhasi Bignaur berisi catatan kronologi pemeberontakan di Bignaur, Asbab Baghawat Hind, The Causes of the Indian Revolt (sebab-sebab revolusi India, Risalat Khair Khawahan Musulman risalah tentang orang-orang yang setia, dan Akhkam Ta’aam Ahl al Kitab hukum memakan makanan ahli kitab.
Seperti Al afgani, Ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan al Afgani ia melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Kekuatan pembebas itu antara lain, penjelasan mengenai  suatu peristiwa dengan sebab-sebab yang bersifat fisik materiil. Di barat nilai-nilai ini telah membebaskan orang dari tahayul dan cengkraman kekuasaan gereja.
Kini dengan semangat yang sama Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al qur’an. Ia amat serius dengan upaya ini, antara lain: menciptakan sendiri metode baru penafsiran Alqur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al qur’an.

Penutup
dari pemaparan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa periode modern Islam terjadi pada awal abad ke 19 ketika Islam mengalami kemunduran akibat banyak terjadi disintegrasi daerah-daerah Islam, melemahnya ekonomi, mliter, moralitas masyarakat dan pemimpinya merosot, dan eropa barat sedang mengalami kebangkitan yang sangat pesat yang mengakibatkan Mereka banyak meguasai dan menduduki daerah islam yang sudah Islam tersebut.
Dengan kondisi tersebut, maka umat Islam menghendaki pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Rif’ah Badawi Rafi’ At Tahtawi, Jamaluddin Al afgani, Muhamad Abduh (Mesir 1849-1905) dan Muhamad Rasyid Rida (Suriah 1865-1935), Sayyid Qutub (Mesir 1906-1966), Sir sayid Ahmad Khan (India 18817-1898). Mereka itulah yang membawa pembaharuan-pembaharuan dalam bidang pilitik, keagamaan, ilmu pengetahuan dan sebagainya.




DAFTAR PUSTAKA:
Yatim, Badri, sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah II  (Jakarta :Rajawali press, 2014)

Asmuni, yusron Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)

Sjazali, Munawir. Islam dan tata negara ajaran, sejarah dan pemikiran (Jakarta : UI Press, 2011)

Charles C. Adam, (terj. Ismail Jamil) Islam dan dunia modern (Jakarta: pustaka rakyat 1947)




[1] Munawir sadzali, islam dan tat negara ajaran, sejarah dan pemikiran, (Jakarta :UI press 2011) hlm.111
[2] Badri yatim. Sejarah peradaban islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: rajawali press, 2014) hlm. 159
[3] Badri yatim. 722
[4] Badri yatim 174
[5] Yusron Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995) hlm. 71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar