Minggu, 12 April 2015

Tokoh-tokoh pembangun jati diri bangsa

Pendahuluan
Jati diri dalam kehidupan berbangsa sangat diperlukan untuk menunjukan bahwa suatu bangsa mempunyai pendirian dan identitas. Bangsa yang mempunyai jati diri akan menjadi bangsa yang sejalan apa yang cita-citakan. Dan karenanya dapat membimbing suatu bangsa menjadi bangsa yang hebat dan disegani oleh bangsa lain.
Indonesia sebagai bangsa yang besar, jati diri adalah harga mati. Karena jika tidak, indonesia yang terdiri dari ribuan pulau hanya akan menjadi negara peniru, dan tidak punya pendirian. Faktor pembangun jati diri adalah sejarah, dimana didalamnya ada tokoh-tokoh pejuang bangsa yang dalam perjuangannya terkandung nilai-nilai yang dapat dijadikan alat untuk membangun jati diri bangsa. Maka dalam makalah ini, akan membahas beberapa yang karena perjuangannya bisa di ambil nilai untuk pembimbing terbangunnya jati diri bangsa.

A. Pengertian jati diri bangsa
Jati diri dalam bahasa inggris adalah idetity. Identitas dalam konteks ini adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan negara lain. Kekhasan yang melakat kekhasan yang melekat dalam sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan identitas nasional. Namun demikian, proses pembentukan identitas nasional bukan suatu yang sudah selesai, tapi suatu yang terus berkembang dan kontekstual mengikuti perkembangan zaman. Sifat identitas nasional yang relatif kontekstual mengharuskan sebuah bangsa untuk selalu kritis dengan identitas nasionalnya untuk selalu menyegarkan pemahaman dan pemaknaan terhadap jati dirinya.
Pertanyaan kritis terhadap identitas nasional, seperti betulkah kita bangsa yang ramah atau betulkah kita bangsa yang santun dan agamis, perlu dilakukan dalam rangka menggali, menemukan udentitas nasional indonesia, dan bahkan menciptakan indentitas baru yang demokratis, toleran dan anti kekerasan.[1]

B. Tokoh perjuangan indonesia sebagai pembangun jati diri bangsa
Banyak sekali tokoh lokal nasional yang dengan perjuangannya bisa di Ambil pelajaran sebagai pembangun jari diri bangsa. Tapi kami penyusun makalah ini hanya akan membahas dua tokoh saja, yaitu soekarno dan K.H. Ahmad Dahlan, sebagai berikut:
1. Soekarno
a. Riwayat singkat Soekarno
Soekarno dilahirkan di surabaya 6 juni 1901. Ayahnya berasal dari suku jawa, dan ibunya adalah seorang putri bangsawan bali. Ia dilahirkan ketika fajar menyingsing. Sehingga ibunya selalu mengatakan bahwa dia merupakan putrasang fajar. Dibalik kata-kata ibunya terkandung satu pengharapan agar sifat anaknya kelak dapat seperti sang fajar.
Kusno adalah nama kelahiran soekarno. Karena dengan nama itu ia sering jatuh sakit, maka ayahnya merubah namanya menjadi Soekarno ketia Ia berusia 5 tahun. Nama Soekarno diambilkan dari nama seorang kesatria dalam wayang, ksatria itu teguh pndirian di dalam pengabdian. Ayahnya mengharapkan dengan nama itu dia akan mempunya sifat kesatria sebagaiman tokoh Adipati Karno.
Soekarno mulai kuliah di angka II di Sidoarjo, kemudian sekolah di angka I di Mojokerto, keudian masuk sekolah lagi di ELS (Europeese lagere school) di Mojokerto. Sejak di ELS prestasi belajarnya mulai tampak, ia mulai maju dalam pelajarannya. Tamat ELS ia melanjutkan ke HBS (Hogere Burger School) di Surabaya. Pada tahun 1921 setelah dari HBS melanjutkan belajar di THS (tecniche Hoge School) di Bandung. Ia lulus dan memperoleh gelar ‘Civil Engenreur’ pada tahun 1926. Pada 1 Juli 1927 Ia bersama teman-temannya mendirikan PNI.[2]

a. Pemikirannya tentang islam
Sosialisasi islam yang diperolehnya dari remaja merupakan unsur yang mempengaruhi juga pemikiran politiknya. Disamping nasionalisme dan marxisme ketika akan melihat pengerih islam dalam pemikiran-pemikiran politiknya satu-persatu. Pengertian sukarno mengenai agama islam diperolehnya dari seorang pendiri organisasi pembaharuan islam di Jawa namanya Kyai Haji Ahmad Dahlan, beliau sering datang ke surabaya untuk bertaligh mengenai Agama islam.
Di Sukamiskin, soekarno banyak mempelajari qur’an dan mencari keterangannya dalam hadits nabi, sehingga soekarno pernah mengatakan bahwa penjara sekamiskin adalah tempat dimana Ia menemukan tuhan. Soekarno juga mempelajari buku-buku mengenai sejarah islam karangan lothrop stoddard, dan juga buku mengenai semangat islam yang dikarang oleh sayed Ameer Ali.
Pada tahun 1962, untuk pertama kalianya dimuad dalam majalah ‘oetoesan Hindia’, tulisan mengenai Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Sukarno berusaha untuk memberi pengertian yang sebenarnya dapat dicapai oleh kaum pergerakan. Pokok penulisan ini adalan Nasionalisme, islam dan Marxisme dipergunakan sebagai suatu yang memperjelas pemikirannya, dan kedua paham itu mempunyai pengaruh yang kuat dalam pergerakan indonesia.
Menurut soekarno, ketiga paham itu adalah rohnya paham nasinalisme asia, dan indonesia pada khususnya. Ketiga paham itu secara nyata turut serta mengambil bagian dalam menentang penjajahan belanda di Indonesia. Dan melalui tulisan tersebut soekarno mengisyaratkan satu-persatu diantara elite pergerakan Indonesia.
Dalam tulisan tersebut, jelas adanya pengaruh islam dalam pemikiran sukarno. Dan tulisan ini banyak ditopang oleh perkembangan intelektualitasnya, sehingga mampu melihat masa lalu bangsanya yang jauh maupun dekat waktunya.[3]

b. Pemikirannya tentang pancasila
Secara historis Pancasila atau pemikiran mengenai dasar negara diucapkan sukarno didepan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Ketika itu soekarno berpidato mengnai dasar apa yang akan dipakai di dalam alam indonesia merdeka.
Pemikiran soekarno mengenai dasar negara merupakan hasil atau rintisan pemikirannya sejak tahun 1926. Pemikirannya mengenai nasionalisme, islamisme dan marxisme tahun 1926, dilanjutkan dengan pemikirannya yang lahir tahun 1927 tentang ‘marhaenisme’, dan pancasila merupakan puncak dari rintisan pemikiran politiknya. Pemikiran pertama merupakan anjuran untuk bersatu bagi kaum elit gerakan, setelah bersatu, kita harus mempunyai wadah yang berdiri diatas dasar yang kokoh untuk mengantarkan rakyat kedepan pintu gerbang kemerdekaan dengan perjuangan.
Pemikiran soekarno mengenai perkembangan dari tahun-ketahun, dan perkembangan pemikiran itu terlihat dalam pidato mengenai dasar negara (pancasila), pancasila mengandung dasar dari cita-cita indonesia merdeka, sebagai hasil perjuangan bangsa indonesia dengan persatuan, haruslah dijaga kelangsungannya. Untuk itu indonesia haruslah mempunya dasar, sebuah dasar yang diatasnya akan dibangun negara semua untuk satu, dan untuk semua.[4]

2. K.H. Ahmad Dahlan
a. Riwayat singkat K.H. Ahmad Dahlan
Muhammad darwisy adalah nama kecil K.H. Ahmad Dahlan, dilahirkan dari kedua orang tuanya, yaitu, K.H. Abu Bakar seorang ulama dan khatib terkemuka di mesjid besar kesultanan Jogkakarta dan nyai Abu Bakar, putri H. Ibrahim, seorang yang menjabat sebagai penghulu kesultanan pada saat itu. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.[5]
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

b. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kiai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan ummat, dengan dasar iman dan Islam. Ia telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. Dengan adanya Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Dan dari pemikirannya, K.H. Ahmad Dahlan memberikan pencerahan bagi bangsa dan Keteladanan sikapnya.[6]

Penutup
Jati diri adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan negara lain. Kekhasan yang melakat kekhasan yang melekat dalam sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan identitas nasional.
Banyak sekali tokoh lokal nasional yang dengan perjuangannya bisa di Ambil pelajaran sebagai pembangun jari diri bangsa. Seperti Soekarno yang mengusung pemikiran nasionalisme, islamisme, dan marxisme. Dan menurutnya ketiga paham itu adalah rohnya paham nasinalisme asia, dan indonesia pada khususnya. Ketiga paham itu secara nyata turut serta mengambil bagian dalam menentang penjajahan belanda di Indonesia. Dan Pemikiran soekarno mengenai dasar negara (pancasila), pancasila mengandung dasar dari cita-cita indonesia merdeka, sebagai hasil perjuangan bangsa indonesia dengan persatuan, haruslah dijaga kelangsungannya. Untuk itu indonesia haruslah mempunya dasar, sebuah dasar yang diatasnya akan dibangun negara semua untuk satu, dan untuk semua.
Tokoh kedua yaitu K.H. Ahmad Dahlan yang telah telah memelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan ummat, dengan dasar iman dan Islam. Ia telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. Dengan adanya Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Dan dari pemikirannya, K.H. Ahmad Dahlan memberikan pencerahan bagi bangsa dan Keteladanan sikapnya. Dan dari kedua tokoh tersebut, kita bisa ambil kesimpulan bahwa, nilai-nilai perjuangan mereka dapat membangun kesajadaran jati diri bangsa.




DAFTAR PUSTAKA
A.Ubaedillah DKK. Pendidikan kewargaan (civic Education), demokrasi hak asasi manusia dan masyarakat madani, Edisi Ketiga, Kencana Media group, Jakarta 2011

Drs. Tashadi DKK, Tokoh-Tokoh Pemikir Kebangsaan : Dr. Ir. Soekarno dan K.H. Ahmad Dahlan. Departeman pendidikan dan kebudayaan RI. Jakarta 1999

Rijaludin F.N. Muhammadiyah dalam tinjauan filsafat islam. pusat kajian islam FAI Universitas Muhammdiyah Prof. DR. Hamka. Jakarta 2011



                                   

[1] A.Ubaedillah DKK. Pendidikan kewargaan (civic Education), demokrasi hak asasi manusia dan masyarakat madani, Edisi Ketiga, Kencana Media group, Jakarta 2011. Hal. 18
[2] Drs. Tashadi DKK, Tokoh-Tokoh Pemikir Kebangsaan : Dr. Ir. Soekarno dan K.H. Ahmad Dahlan. Departeman pendidikan dan kebudayaan RI. Jakarta 1999. Hal. 22-23
[3] Ibid.Hal 48-52
[4] Drs. Tashadi DKK. Op,Cit,.Hal.55-56
[5] Rijaludin F.N. Muhammadiyah dalam tinjauan filsafat islam. pusat kajian islam FAI Universitas Muhammdiyah Prof. DR. Hamka. Jakarta 2011. Hal. 149
[6] Rijaludin F.N. hal.155

Tidak ada komentar:

Posting Komentar